36. Whiskas

81.9K 9.9K 2.6K
                                    

Silahkan keluar jika tidak suka
-Istri Choi Soobin

.
.
.

Saat ini Nakula, Naura dan Sadewa tengah berada di taman belakang seraya memainkan game di ponsel masing-masing. Lebih tepatnya hanya Nakula dan Sadewa karena Naura sibuk bermain dengan Dodo.

"Yes gue menang. Gaada emang yang bisa ngalahin kembaran gua si Gusion." seru Sadewa sedangkan Nakula memasang wajah masamnya.

"Jangan lupa traktirannya! Murah kok. Nasi padang depan komplek aja. Diluar negri kaga ada nasi padang soalnya. Rindu abang padamu, wahai adinda nasi padang..." ucap Sadewa dramatis.

Lagi-lagi Naura yang mendengarnya tertawa. Sangat manis sampai Nakula tidak rela adiknya yang sekarang duduk dibangku kelas IX itu bisa dengan bebas menikmati senyum Aranya.

"Yura bisa buat semur jengkol. Sadewa mau ga?" tanya Naura masih dengan senyum manisnya.

"Boleh! pasti rasanya enak kalau kakak cantik yang buatin"

Emosi Nakula mulai naik saat mereka kembali berbincang ria. Apalagi melihat tatapan lembut yang dilayangkan Naura pada adiknya.

"Sad! masuk! ntar gue beliin warungnya sekalian" perintah Nakula.

"Bentar dih. Kakak cantik aja engga keberatan gue disini! iya kan kak?" tanya Sadewa diangguki Naura.


Trashhh

Nakula menggores lengan Sadewa saking kesalnya dengan tingkah tengil remaja itu. Pisau memang selalu tersedia disakunya jadi tidak heran mengapa setiap orang yang mencari masalah dengannya bisa tamat saat itu juga.

Sadewa yang melihat darah keluar dari lengan dan mewarnai bajunya itupun terkekeh. Ia sudah biasa mengalaminya bahkan pernah lebih parah dari ini.

"Kebiasaan lo ah!" ucap Sadewa dengan nada santai.

Kini giliran Sadewa yang mengeluarkan pisau dari dalam saku celana kemudian menancapkan benda itu kelengan kakaknya.

"Impas. Gue masuk ya! kakak cantik gue jangan lo apa-apain!"

"Ngomong lagi kepala lo gue tebas" ucap Nakula tajam masih dengan pisau yang menancap dilengannya.

"Posesif dasar" cibir Sadewa seraya berjalan memasuki rumah.

Mereka berbicara dengan begitu santai dalam keadaan berdarah-darah. Bahkan sampai melupakan kehadiran Naura yang saat ini membulatkan mata dengan tangan yang kembali menutup mata Dodo. Mulutnya juga sedikit terbuka saking terkejutnya.

"Ara!"

Panggilan itu menyadarkan Naura yang terbengong. Nafasnya tercekat melihat pisau itu masih tertanam dilengan kekar Nakula. Dan Nakula yang menyadari itu mencabut pisau dilengannya kemudian membuang pisau tersebut jauh-jauh.

"Udah gapapa"

"GAPAPA GIMANA?! ITU DARAHNYA BANYAK BANGET WOYYY!" ucap Naura dengan suara yang meninggi.

Nakula mendapatkan ide di otak liciknya. Pemuda itu mengaduh kesakitan dengan mata yang berkaca-kaca juga tangannya memegangi luka itu.

"Ara sakit..." lirih Nakula dan itu membuat Naura makin panik.

"Kita masuk yuk. Obatin lukanya dulu" ucap Naura khawatir.

Sedangkan Dodo yang melihat interaksi kedua orang tua asuhnya melempar pandangan malas. Apakah mommynya semudah itu untuk dibohongi? terlihat jelas sekali acting daddynya itu bahkan oleh dirinya yang hanya seekor kucing.

Big BabyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang