14. Suamiku♡

147K 13.2K 2K
                                    

"Derajat kamu terlalu rendah untuk kasih sayang saya"
-Sat
.
.
.


Kaki jenjang itu Ia langkahkan dijalan setapak dengan tangan yang memegang erat tali ranselnya. Tubuhnya sedikit menggigil karena cuaca mendung yang artinya sebentar lagi akan hujan.

Pandangannya lurus kedepan. Berbagai macam pertanyaan berebut untuk berputar dikepalanya.

Apa bakatnya?

Kenapa dirinya hidup?

Kenapa Ayahnya membencinya?

Apa gunanya dirinya hidup?

"Aarggghhhhh! bacot amat kamu Tak! Yura pusing nih!" erang Naura yang tiba-tiba berjongkok dengan telapak tangan yang menutupi kedua telinganya.

Gadis itu merasakan tetes demi tetes air jatuh menimpa kepalanya. Segera Ia berlari menuju halte terdekat seraya menggerutu lalu berteduh disana sembari menunggu bis berikutnya.

Hari ini entah apa yang menggangu pikiran Gibran sehingga pemuda itu melupakan adiknya sendiri dan pulang sendirian.

Saat dirinya bangun dari tidurpun Nakula tidak ada disampingnya. Tapi lupakan. Naura sedang tidak ingin membahas cowok yang mengabaikan pertanyaannya itu begitu saja.

"Adohhhh punya dua bodyguard kok pada laknat semua ya? andai pintu doraemon nyata... Mending Yura main kuda-kudaan sama babang Chanyeol beneran deh" keluh Naura seraya menggosok-gosokkan tangannya demi menciptakan kehangatan.

Naura merasakan udara disampingnya menghangat. Gadis itu menoleh dan hampir saja terjatuh dari duduknya karena terkejut saat melihat orang yang duduk disampingnya tak lain adalah Satya. Ayahnya yang sangat membencinya.

Baru saja ingin membuka suara tapi Naura kalah cepat dengan Satya.

"Jangan ke GR-an! Saya kesini gara-gara Gibran! Makannya jadi anak jangan nyusahin! Udah nyusahin, ga berguna juga. Pusing saya tau kamu?!" ujar Satya sedikit membentak.

Naura memasang senyumnya. Menatap Ayahnya dengan pandangan sendu.

"Naura ga ke GRan kok Pah! emang sejak kapan Papah perhatian sama Naura?" tanya Naura diakhiri dengan kekehan mirisnya.

Satya yang mendengar itu sedikit terenyuh. Tapi cepat-cepat dirinya menghilangkan pemikiran itu. Naura pembunuh! Juga pembawa sial. Gadis itu tidak berhak mendapat kasih sayangnya.

"Gibran yang minta Saya ngasih ini ke kamu" ucap Satya seraya menyodorkan jaket parasut hangat pada Naura dan diterima gadis itu dengan tangan bergetar.

"Kapan ya Papah mau ngilangin kata Gibrannya? Tapi kayanya mustahil deh. Makasih ya Pah! Perlakuan Papah sama Naura selama ini buat Naura jadi kuat! Jadi tahan banting! hehe" ujar Naura memperlihatkan lengan tanpa ototnya.

Satya mendengus kemudian bangkit dari duduknya.

"Jangan pura-pura kaya gitu didepan saya. Ga akan mempan kalo tujuan kamu buat nyari perhatian saya. Ngerti?" ujar Satya kemudian melangkahkan kakinya menuju mobil.

Naura menatap punggung Satya yang menjauh dengan mata yang memanas.

"Ternyata ngejar cintanya Papah gasegampang ngejar cintanya doi ya"

Mata hazel Naura melihat mobil Ayahnya yang mendekat dan perlahan kaca jendela itu turun lalu menampilkan wajah ayahnya yang mulai terlihat kerutan-kerutan halus.

"Naik." titah Satya datar.

Naura yang mendengar itu nyaris teriak. Selama ini Satya tidak pernah mau berdekatan ataupun berbicara padanya. Ini adalah rekor terlama Satya berdekatan dengannya.

Big BabyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang