Belom 5k vote tpi kasian lama" digantungin cuma karena siders:')
Baik kan gw? :v-Istri Sungchan
.ʕ•ε•ʔ.
.
.
.Waktu sudah mendekati tengah malam dan Nakula masih sibuk dengan kegiatannya saat ini yaitu memandangi wajah polos Naura yang tertidur. Napasnya teratur dan terlihat sangat damai namun siapa sangka gadis ini memiliki beban yang berat dihidupnya.
Saat kembali kerumah sakit, Nakula mendapati gadisnya tengah menangis sesegukan. Lebih tepatnya sisi lain gadisnya yaitu Queensha. Tangisan pilu itu ikut membuat Nakula sakit. Ia tidak bisa membayangkan sakit yang ditanggung gadisnya selama ini.
Nakula menaiki ranjang pesakitan itu dengan hati-hati agar tidak menekan luka Naura. Ia ikut membaringkan dirinya disamping Naura kemudian memeluk gadis itu dan seperti biasa, menenggelamkan wajahnya diantara perpotongan leher Naura.
"Tetap disamping Nakula ya?" lirih Nakula dengan suara yang teredam.
Naura yang sudah kembali mengambil alih tubuhnya menangis saat mendengar itu. Ia juga ingin menetap namun satu-persatu orang terdekatnya seolah sudah menginginkan dirinya untuk pergi.
Gadis itu lelah berharap. Semua orang yang Ia harapkan untuk menetap perlahan ikut meninggalkannya. Satya ayahnya dan Gibran kakaknya. Dua orang yang seharusnya menjadi kekuatan bagi Naura malah berbalik menyerangnya.
"Ka Nakul juga jangan ninggalin Ara" Naura berucap lirih seraya membalas pelukan itu. Bahkan lebih erat dari Nakula.
Saat ini yang Ia punya hanya Nakula. Naura berjanji tidak akan membiarkan seorangpun merebut miliknya lagi. Katakanlah Naura jahat, Ia hanya ingin egois untuk saat ini.
Tidak lama, mereka telah berlabuh ke alam mimpinya masing-masing. Bahkan melupakan kehadiran Sadewa yang saat ini tengah menggerutu di sofa.
"Kapan gue bisa gitu? Emaaakkk Sadewa pengen jugaaaa" rengeknya pelan.
.ʕ•ε•ʔ.
Gibran menatap heran Satya yang kini tengah bergelut dengan peralatan dapur. Tidak biasanya seorang Satya memasak. Yang Ia tau, Ayahnya itu hanya bersahabat dengan berkas-berkas penting yang membuat Gibran mual saat melihatnya.
"Gibran? adik kamu mana?" tanya Satya seraya memasukkan beberapa potongan wortel kedalam sup yang Ia buat.
Mendengar hal itu Gibran mendengus malas. Mengingat nama Naura saja membuatnya muak. Ia sebenarnya malas pulang kerumah namun Gibran perlu membawa beberapa pakaian untuk menjaga Laura dirumah sakit.
"Gatau. Ngelonte paling" ucap Gibran acuh kemudian meneruskan langkahnya menuju kamar yang Ia tempati. Ini sudah pagi dan Ia memutuskan untuk tidak sekolah dan menjaga Laura.
Satya yang mendengar itu mengernyit heran. Yang Ia tahu putra sulungnya itu sangat menyayangi adiknya. Bahkan Ia sampai berani membentaknya hanya untuk membela Naura. Tapi hal itu malah menguntungkan bagi Satya. Ia tidak harus repot dan bisa memperlakukan Naura semaunya.
Tidak lama suara pintu terbuka kemudian menampilkan Naura yang datang dengan wajah pucatnya. Ia belum diperbolehkan pulang namun gadis itu tetap kekeuh dengan pendiriannya. Naura ingin sekolah dan belajar dengan sungguh-sungguh agar Satya tidak akan malu memiliki putri sepertinya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Big Baby
Teen FictionBagaimana jadinya jika gadis manis nan manja mendapat musibah cowok badboy tapi hanya manja padanya? sungguh itu adalah mimpi buruk karena itulah yang dirasakan Naura sekarang. . . . "Naura! Nakula mau coklat itu..." "Ck. untung sayang" . . . [Tee...