6. Cium tangan

166K 17.6K 3.5K
                                    

.
.
.

"Hoaammmm" Chilla menguap lebar seraya meregangkan otot tangannya yang pegal karena lama tidak digerakkan lalu menyedot es tehnya.

Chilla saat ini sedang berada dikantin. Tak heran mengapa didepannya ada es teh. Ditemani teman sepergoblokannya yang saat ini tengah memakan makanannya dalam diam.

"Tumben cuma seporsi" ucap Chilla heran ketika melihat porsi makan Naura yang hanya sepiring nasi goreng.

"Ga nafsu makan." ucap Naura lesu.

Chilla membulatkan matanya mendengar alasan Naura. Tidak heran mengapa reaksinya seperti itu karena tidak biasanya Naura tidak selera makan seperti ini.

"Lo kenapa?" tanya Chilla. Mereka sudah bersahabat dari TK. Chilla tahu betul gelagat Naura begitupun sebaliknya.

Naura menggeleng dan tetap memakan makanannya dalam diam.

"Jangan bilang ini gara-gara Kak Nakula?" tebak Chilla.

Naura mengangguk lesu kemudian mendorong makanannya dan menunduk.

Suasana kantin yang tadinya sangat ramai sekarang sunyi bagai kuburan tapi Naura tidak memusingkan itu dan tetap menunduk. Bahkan Chilla yang tadinya menanyainya berhenti dan memilih melanjutkan makannya dalam diam.

Naura yang masih menunduk melihat sesendok nasi goreng didepannya. Udara disampingnya terasa hangat pertanda seseorang sedang duduk disampingnya sembari berupaya menyuapinya.

"Yura ga laper" ucap Naura menolak halus orang yang ingin menyuapi Naura.

Sendok itu tetap tidak bergerak seolah menunggu Naura untuk melahapnya dan itu membuat Naura jengah.

"Yura engga lap--" ucap Naura seraya mengarahkan kepalanya kesamping lalu mematung kemudian saat matanya kembali bertemu dengan netra biru tua sebiru samudra itu lagi.

"Hai pacar" ucap Nakula seraya menyeringai. Aura mengintimidasi disekitarnya sangat kentara. Membuat kata sapaan yang seharusnya manis menjadi sangat menyeramkan jika itu keluar dari mulutnya.

Naura gemetar. Gadis itu tak pernah setakut ini bahkan saat Ia menghadapi Aksara, rasa takutnya saat itu tidak sebanding dengan sekarang.

"Buka mulutmu" titah Nakula.

Naura bergeming ditempatnya. Dirinya tidak bisa makan jika dalam kondisi ketakutan. Perlahan walau ragu gadis itu menggeleng.

Dapat Naura lihat mata biru yang tadi hanya menyorotnya dingin kini menajam. Pertanda Nakula tidak suka dibantah.

"Kamu mau aku suapin pakai sendok atau mulut?" tanya Nakula dengan seringaian liciknya.

Ajaib! Otak Naura bergerak cepat menangkap sinyal bahaya dari perkataan Nakula. Segera Ia membuka mulutnya walau terpaksa.

Nakula tersenyum. Kali ini bukan seringaian melainkan senyum puas penuh kemenangan.

Nakula menyuapi Naura dengan telaten yang mau tidak mau diterima Naura tanpa mengalihkan atensinya dari mata biru Nakula. Sejujurnya gadis itu takut tapi seolah ada magnet tak kasat mata yang mampu membuatnya enggan berpaling.

Sesendok nasi goreng terhenti didepan mulut Naura membuat gadis itu menatap Nakula bingung.

Dilihatnya Nakula seperti sedang mengeram marah dan sedetik kemudian mata gadis itu melebar saat Nakula dengan entengnya melempar pisau lipat kecil kearah seorang cowok yang duduk tidak jauh dari mereka.

Big BabyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang