"Jagalah sebelum pergi, gagal bisa mencoba lagi asal dirinya masih disini"
-AlG
.ʕ•ε•ʔ.
.
.
.
Terik matahari terasa membakar seluruh tubuh karena berada tepat diatas kepala. Menyulut rasa dahaga karena lelah berjalan dibawahnya, menyusuri trotoar yang bahkan tokoh utamanya tidak tahu untuk apa.
"Kita ngapain sih? haus mau pulang..." keluh Nakula.
Sedaritadi Ia diharuskan untuk mengikuti kegiatan sang Papa dan adiknya ketika gabut, berjualan cangcimen. Ditambah Ia harus membawa gitar bersamanya karena Ia mendapat bagian ngamen sedangkan Naura disebelahnya membawa kotak sumbangan untuk penulis cerita untuk nikahannya dengan Lee Haechan.
"Kamu mau balikan sama Naura ga?" tanya Ditya.
Nakula menoleh kearah Naura yang berjalan disampingnya tanpa terlihat raut lelah sedikitpun. Bahkan matanya sudah seperti kamera pengintai yang memperhatikan seluruh pejalan kaki. Mencari kalau-kalau terdapat cogan diantara orang-orang yang lewat.
Karena kesal, Nakula menutup mata Naura dengan tangannya kemudian menarik gadis itu mendekat, "Bukan mau tapi harus. Punya Nakula!"
"Woy tangan sape nih! bau bawang!" pekik Naura memukul tangan Nakula yang merangkulnya.
"Perasaan si Tukul sukanya projen, kenapa bawang?" celetuk Sadewa membuka satu kaleng soda yang dibawanya.
"Diem" kesal Nakula semakin menarik Naura mendekat hingga rangkulannya berubah menjadi sesak.
"Oh kalau gitu bau minyak telon berarti. Bayik! eh anjer ini apa?!" Naura melepas paksa tangan Nakula yang menutup matanya untuk melihat objek apa yang Ia sentuh tadi.
"Wanzayyy... hai bulu ketek ganteng! nama aku Naura" sapa Naura pada bulu ketiak Nakula.
"Udah heh! ayo semangat jualan demi menafkahi Bikablue" kata Ditya menyemangati para babunya.
"Hubungannya jualan cangcimen sama test kebaikan apaan sih?! Araaa ayo pulang" rengek Nakula sudah jengah dengan situasi yang Ia hadapi.
"Papa juga gatau sih, eh tapi ada tau faedahnyaaa! dari sini kamu belajar untuk menafkahi diri sendiri dan anak cucumu kelak kalau Papa udah gaada"
"Skip, deep banget ini obrolan. Biasanya orang deeptalk berujung putus"
Mereka lanjut berjualan cangcimen kembali saat lampu lalu lintas berwarna merah. Orang-orang yang berhenti mereka tawari dagangan mereka dengan Nakula yang mengamen. Paras campuran Nakula dan Sadewa menarik perhatian para pengendara. Bule nyasar darimana ini? begitulah pikir mereka.
Sementara itu Naura menawarkan jualan sekaligus sumbangan untuk penulis dari mobil ke mobil. Beberapa orang membeli dagangannya namun tidak menyumbangkan dana ke kotak sumbangan.
"Haiii kakkk mau cangcimen eksklusif dari keluarga pemadam kebakaran tidak? murah meriah cuma duapuluhlima juta untuk satu biji kacangnya! Beli semua dapet freebies photocard Nassar Ahjussi" kata Naura ramah saat mempromosikan dagangannya. Ia bersungguh-sungguh saat mengatakan jika pembeli memborong dagangannya Ia akan membonuskan photocard seorang sunbaenim dalam industri musik tanah air yang sangat kiyowokk avv.
KAMU SEDANG MEMBACA
Big Baby
Novela JuvenilBagaimana jadinya jika gadis manis nan manja mendapat musibah cowok badboy tapi hanya manja padanya? sungguh itu adalah mimpi buruk karena itulah yang dirasakan Naura sekarang. . . . "Naura! Nakula mau coklat itu..." "Ck. untung sayang" . . . [Tee...