EPS. 51 | MY HERO

23 2 0
                                    

KINI napasku tersengal. Detak jantungku meningkat 2 kali lebih cepat. Hingga keringatku terus menetes menuju pipi. Kondisi fisikku yang sudah kacau ini berbanding terbalik dengan perasaanku. Aku tidak bisa merasakan apapun, terlebih indera perabaku yang mulai munurun tingkat kerjanya.

CTAR! Tak lama terdengar suara cambukan yang tak jauh dariku. "Kondismu yang kian melemah ini membuatku ingin cepat menyiksamu. CEPATLAH-"

"STEPHANO ANNS!"

Tiba-tiba terdengar suara bariton dari arah utara kami. Suaranya yang sangat familiar di telinga membuat kedua mataku perlahan terbuka. Walau rasanya menjadi tambah pening, aku tetap melakukannya. Betapa terkejutnya aku ketika melihat sesosok lelaki yang berdiri di ujung pintu ruangan.

Dengan napas terengah Mavi menatap garang ke arah Paman Anns. Kedua mata birunya yang melotot tajam terlihat begitu mengerikan, bahkan melebihi kejamnya malaikat maut. Aura yang berada di sekitar anak itu pun menjadi lebih menakutkan.

Paman Anns yang melihatnya sontak terkekeh. Walau tak dapat dipungkiri bila raut wajahnya menampakkan kecemasan. "Haloo, Nak! Selamat datang di pesta meriah kami! Ahh maaf, kali ini kamu tak dapat suguhan mayat temanmu langsung-"

Kalimatnya mendadak terpotong dikala Mavi berteriak lantang seraya berlari ke arah kami. Hanya dalam hitungan detik, pukulan tinju dari tangan Mavi mendarat kencang pada perut Paman Anns. Membuat orang yang ditinju terpelanting jauh beberapa meter. Melihatnya, aku pun mendelik tak percaya. Bagaimana mungkin? Sifat Mavi yang selama ini terkenal lembut dan halus, menjadi luar biasa ganas hanya dalam waktu sekejap. Lihatlah Paman Anns sekarang, tergeletak tak berdaya bahkan tak bergerak sedikitpun.

Srek! Terdengar suara rantai tergesek yang jelas membuatku mendelik. Aku baru menyadari suatu hal. Sedari tadi kedua tangan dan kakiku terikat rantai yang disambungkan pada sebuah tiang besi. Kini kondisiku yang tidak bisa bergerak membuatku mendadak gelisah. Aku berusaha untuk menarik tanganku namun sia-sia. Bukannya terlepas, jutrus makin erat.

Rasa ketakutanku bertambah dikala Mavi mulai mendekatiku. Ia menatapku dengan wajah yang serupa, sangat giras layaknya singa kelaparan. Aku tahu, sekarang ia sedang marah besar pada Paman Anns. Namun sepertinya aku akan menjadi objek berikutnya. Mengingat kami sudah bermusuhan kurang lebih 1 minggu.

Dengan mata terpejam kubermohon agar Mavi-

Deg! Seketika napasku tercekat di tenggorokan. Belum sempat panjatan doaku selesai, kurasakan tubuh tinggi Mavi bersentuhan dengan wajahku. Perlahan tangannya mendekat dengan kepala belakangku lalu mengusapnya. Sontak rasa hangat yang keluar dari telapak tangannya menjalar masuk ke dalam tubuhku.

"Jangan takut, La. Aku di sini."

Hanya dalam hitungan detik, perasaanku menjadi normal kembali. Yang semula sangat hampa tanpa rasa apapun, kini berubah menjadi tenang akibat hangatnya pelukan Mavi.

Ia pun melepas pelukannya lalu berkata, "Aku akan menyelamatkanmu, La. Bertahanlah sebentar. Aku harus menangani ayahku."

Entah kenapa, perasaan takut yang harusnya ada sedari tadi tiba-tiba menyerangku. Kondisi tangan dan kakiku yang terikat rantai membuat tubuhku seketika bergetar. Jatungku pun berdetak lebih kencang dari sebelumnya, bahkan rasanya ingin menangis. Namun aku harus mengurung niat itu. Takut membuat kecemasan Mavi bertambah, yang mengakibatkan pikirannya terganggu.

Setelah itu, Mavi pun balik kanan menuju tempat dimana Paman Anns tergeletak. Aku tak menyangka bila pukulannya sekuat itu, hingga membuat sang ayah baru bisa terbangun setelah kami selesai berbincang.

Paman Anns yang tampak kesakitan saat berdiri tertawa getir. "Kau tahu, Nak?! Kali ini kau berhasil-"

BUGGH! Lagi-lagi Mavi menamparnya tanpa ampun, Paman Anns pun kembali terkapar di lantai. Kali ini pukulannya lebih dahsyat dari sebelumnya. Membuat tubuhku seketika merinding.

Atela's Journal [FINISHED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang