EPS. 6 | SEBUTAN BARU

110 42 2
                                    

Cerita ini hanya fiksi dan imajinasi sang penulis semata. Bila ada kesamaan nama, tempat, dan sepenggal cerita yang serupa, itu adalah sebuah kebetulan dan tidak ada unsur kesengajaan.

Jangan lupa follow dan mampir ke instagramnya lynn yaa, @lyncanee, @moonlaey

At last, terima kasih telah stay membaca cerita lynn ini.

***

AKU membuka mata perlahan, lalu bangun dari posisi tidur. Terdengar suara kicuan tidak jelas dari arah samping yang kuhiraukan. Aku kembali mengucek mata agar pandanganku tidak buram. Ternyata Nema dan Natu yang berisik.

"Jawab, La. Kamu baik-baik aja, 'kan?" tanya Nema cemas. Aku hanya membalasnya dengan anggukan pelan. Mereka pun menghembuskan napas lega.

"Kenapa aku bisa di sini?" tanyaku memerhatikan sekitar.

"Tadi tiba-tiba kamu pingsan, terus dipapah Liyun ke sini. Sekarang dia sedang ikut rapat," jawab Nema.

"Lalu?"

Nema menaikkan alis bingung. "Lalu... apa?" tanyanya balik seraya menaikkan alis bingung. Aku mengerjapkan mata, entah kenapa aku bertanya "lalu?" Seakan-akan aku mengharapkan ada kelanjutan cerita darinya dengan menyebut nama seseorang.

"Gimana, udah enakan? Mau pulang sekarang?"

"Ayo, pergi," balasku singkat lalu menyambar tas. Kemudian berjalan pergi masih dengan keadaan lemas.

Sesampainya di rumah, aku langsung menuju ke kamar. Mengabaikan Kak Sinq yang mengomel tidak jelas. Akhir-akhir ini kelakuan mama menular padanya yang jelas membuatku makin kesal. Selalu mengomel ngegas bila aku pulang telat. Padahal aku 'kan tidak akan berbuat nakal di luar sana.

Selesai mandi dan berpakaian aku merebahkan tubuh di ranjang, lalu mengecek ponsel. Terdapat notif sebuah pesan Instagram yang aku tak mengenali pengirimnya.

@aish.demun
Haloo, salam kenal. Namaku Demuna Aish, biasa dipanggil Aish. Sudah lama aku tertarik dengan desain baju dari unggahan fotomu. Sebenarnya aku pengin banget belajar merancang desain baju darimu. Baru saja kemarin aku mengetahui alamat rumah dari salah satu postingan akun lainmu. Ternyata rumahmu tidak terlalu jauh denganku. Kalau kamu berkenan, bagaimana bila kita bertemu? Aku sangat menghargainya bila kamu setuju. Terima kasih banyak sudah meluangkan waktu untuk membaca. <emot love>

Aku menutup mulut tak percaya. Tak kusangka ada orang yang tertarik dengan desain pakaian yang kubuat, sampai-sampai ingin belajar mendesain dariku. Aku tersenyum lebar lalu tertawa girang, sudah berasa menjadi perancang profesional saja.

@atelasdesign
Hai, Aish. Terima kasih sudah menyukai desain-desain baju buatanku. Aku sungguh berkenan untuk memenuhi permintaanmu, justru sangat senang bila ada orang yang hendak belajar menggambar dariku <emot senyum lebar>. Lalu, kapan kita bisa bertemu?

Aku pun senyum-senyum sendiri seraya menatap layar ponsel. Kembali tertawa gila akibat pesan yang tak kusangka-sangka akan muncul di notifikasi.

Tapi mendadak ingatan saat di sekolah tadi muncul di otak, membuat bibir yang semula terbuka lebar kini tertutup rapat. Aku tak menduga bahwa Mavi menantang nasehatku. Aku menyuruhnya untuk tidak mendekati Imal. Aku tahu, Mavi kesulitan untuk menghindarinya akibat Imal memang seperti benalu yang selalu menempeli inangnya. Namun setidaknya jangan sampai ia membalas ucapan Imal, atau usir saja dengan kata-kata yang  menyakiti hati. Tetapi ini, justru mereka sampai tertawa girang. Aku sungguh tak suka melihatnya.

"Ish, dasar kuyang centil!" seruku seraya mengacak-acak rambut. Sedetik kemudian otakku kembali teringat sesuatu. Aku pun langsung melirik ke arah meja belajar, meraih buku kecil berwarna biru, dan menulis momen sengit yang terjadi hari ini:

Atela's Journal [FINISHED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang