•Hari terGila

1.5K 72 1
                                    

JANGAN LUPA DIVOTE DAN FOLLOW AUTHOR DULU SEBELUM MULAI MEMBACA YA SEMUAAA⚠️

BUAT YANG UDAH MAMPIR MAKASIH🥰

AYO ABSEN NAMA👉🏻

JANGAN LUPA DIKOMEN KALAU NEMU TYPO BIAR CEPAT DIREVISI YAAA!!

HAPPY READING SEMUAAA🥰❤️❤️

🦋🦋🦋

Kadang ekspektasi lebih indah dari pada realita.
Karna yang tampak belum tentu membuat bahagia.

🦋🦋🦋

Tasya menggeliat dalam tidurnya. Dirinya mengerjap-ngerjapkan matanya, menyesuaikan cahaya lampu yang mulai masuk kematanya.

"Engh..." Tasya menyibak selimutnya, dirinya membawa tubuhnya untuk duduk diatas kasur dengan mata yang setengah terbuka. Dengan males, dirinya turun dari atas kasur. Lalu berjalan keluar kamar, rambutnya sudah seperti singa. Lagian tidak ada siapa-siapa juga dirumah ini.

Tasya menginjak tangga satu persatu, dirinya masih sangat mengantuk. Tangannya berpegangan kuat dipagar tangga. Menyusuri tangga dengan pelan takut terjatuh.

"Sayang, kalau jalan dibuka matanya" Tasya mengerjap-ngerjapkan matanya, kenapa jadi ada suara Ayah? Aneh. Ah, mungkin dirinya masih berada dialam mimpi kali ya??

"Sayang.."

Mata Tasya membola, dirinya menoleh kebawah menatap kedua orangtuanya serta Galang tengah berkumpul bersama.

"AAAA BUNDA AYAHH!!!" Teriak Tasya, dirinya dengan cepat menuruni tangga membuat keluarganya panik bukan main.

"Jangan lari-lari" Tegur Galang melihat Tasya yang kini berlari kedalam pelukan Ayah dan Bundanya.
Tasya memeletkan lidahnya kearah Galang lalu kembali memeluk kedua orangtuanya erat, membuat Galang mendengus kesal.

"Kangennnnn!!" Rengek Tasya dengan suara manja, membuat kedua orangtuanya terkekeh pelan.
Ayah melepaskan pelukannya, lalu menangkup pipi Tasya membuat bibirnya maju karna terhimpit pipi bulatnya. Ayah mencium pipi anaknya itu berkali-kali, membuat Tasya terkikik geli.

"Gendonggg..." Manja Tasya sembari merentangkan kedua tangannya kearah Ayah yang kini mengelus kepalanya sembari tersenyum tulus.

Ayah langsung menggendong Tasya, badan Tasya memang terbilang ringan. Untung saja, jika berat maka sudah encok badan Ayahnya ini.

"Oleh-oleh Tasya mana?" Tanya Tasya sembari menyodorkan tangannya kedepan Ayah. Menatap Ayah yang kini memangku dirinya.

"Ada, masih dimobil" Tasya tersenyum puas, Ayah tak pernah lupa dengan oleh-oleh untuknya. Terkadang, Tasya ingin marah karna Ayah yang selalu saja bekerja dan Bunda yang ikut. Tasya kesepian, Galang lebih sering jalan bersama gengnya.

"Tasya mau motorrr" Galang mendengus, dirinya menjitak pelan kepala adiknya itu mendengar penuturan Tasya yang ngelantur. Sudah hampir setiap Ayah pulang dari bekerja anak itu selalu meminta motor untuk oleh-oleh.

"Tasya ga boleh naik motor sendiri!" Sahut Bunda, Bundanya ini sudah trauma karna pernah naik motor dan berakhir kecelakaan. Dan tak ingin Tasya juga sama dengan dirinya.

Detik RuangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang