•Manja

7.1K 242 0
                                    

Sebelum di baca jangan lupa di vote dulu ya guys-!!!
Jangan ketinggalan di follow juga🥰🥰
Kalau ada typo silahkan di komen dulu⚠️

Happy reading semuaa❤️❤️

🦋🦋🦋

Kenyamanan telah tiba. Padahal garis tebal yang menyadarkan bahwa ketidak mungkinan untuk bersama ini nyata

🦋🦋🦋

Raja berdiri di pembatas rooftop, menutup matanya menikmati semilar angin yang menyapu wajahnya.

Seseorang menepuk pelan bahu Raja, membuat Raja menoleh. Devan, memandang wajah Raja yang tampak lebih menyeramkan. Ya meskipun setiap harinya juga gitu.

"Kenapa lo? jadi sadboy ya sekarang" Raja hanya menganggap suara Devan angin lalu. Dirinya kembali memandang lurus kedepan, menerawang jauh kesana.

Dari atas sini, kota jakarta terlihat sangat indah.
Beberapa gedung bertingkat membuatnya terlihat seperti kota mewah.

Devan duduk di sofa yang ada disana. Rooftop ini memang sudah menjadi tempat mereka, maka jangan heran jika disini terlihat seperti ruangan mewah.

"Lo gak lupa kan Jefrin temen kita?" Tanya Devan, sambil menghidupkan roko yang menyelip di bibirnya. Ya, Devan tak ingin terjadi perkelahian di antara mereka.

"Ya"

"Dan Jefrin juga sepupu Tasya" Ucap Devan, Raja terdiam sejenak. Padahal itu tak terlalu penting, dirinya juga tak akan peduli. Namun, kenapa rasanya dirinya ingin berteriak? Bahkan tanpa sadar seulas senyum terbit dari bibirnya.

Untung saja Raja membelakangi Devan, kalau tidak bisa-bisa Devan akan meledek nya terus.

"Mau?" Tawar Devan sambil melempar bungkus roko kearah Raja. Raja menerima nya, lalu menyalakan roko. Tak heran memang, mereka sudah sering meroko seperti ini. Untung saja mereka adalah anak donatur jadi membuat masalah apapun, tak akan membuat mereka di keluarkan.

"Gue tau lo suka, kayaknya lo juga udah cinta" Ucap Devan, Devan memang terlalu peka dengan keadaan. Membuat siapa saja tak dapat berbohong terhadapnya.

Raja diam, dirinya juga bingung. Namun, setiap kali perasaan itu datang dirinya langsung mengusir pikiran itu. Dirinya tak mungkin menyukai Tasya.
Setelah sekian lama hatinya membeku, mana mungkin semudah itu Tasya mencairkan nya.

"Gak usah menyangkal Ja, lo gak lupa kan gue siapa?" Tanya Devan, Raja tau Devan. Orang tuanya bekerja sebagai psikolog, membuat nya juga bisa membaca pergerakan setiap orang.

"Hem.." Raja hanya berdehem, pikirannya kini sedang bertarung disana. Bahkan, Raja sendiri tak dapat memahami dirinya.

🦋🦋🦋

Tasya menggeliat dalam tidurnya. Perlahan membuka mata saat mendengar suara ribut-ribut dari sebelah. Sangat mengganggu.

Dengan sempoyongan Tasya berjalan turun dari atas kasur. Untung masih cantik. Rambutnya saja seperti orang baru kesetrum.

Bruk..

"Aw.." Ringis Tasya saat kepala nya terjedot pintu.
Tasya memang sangat ceroboh!

Tasya rasa dahinya akan benjol setelah ini.
Tasya meraba dahinya, darah. Tasya hanya membiarkan nya saja. Lagi pula tidak terlalu sakit.

Tasya membuka pintu lalu berjalan ke arah kamar sang Abang. Dari depan sini sudah sangat terdengar ada beberapa teriakan di dalam. Tawa juga menggema di sana.

Detik RuangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang