•Demam

1.8K 67 0
                                    

JANGAN LUPA VOTE DAN FOLLOW AUTHOR DULU SEBELUM MULAI MEMBACA YA GUYS!!!

BUAT YANG UDAH MAMPIR AKU UCAPIN MAKASIH BANYAKKKK🥰❤️❤️❤️❤️

JANGAN LUPA DI KOMEN KALAU NEMU TYPO BIAR CEPET DI REVISII⚠️

HAPPY READING SEMUAAAAA💕💕

🦋🦋🦋

Tidak perlu menangis orang yang telah pergi.
Lebih baik diam dan menikmati hari hari sendiri.

🦋🦋🦋

Sejak tadi malam, Tasya benar benar tak keluar dari kamar. Bahkan pintunya selalu diketuk bahkan hampir setiap menit. Tasya hanya berdiam diri, meringkuk diatas kasur dan menyembunyikan seluruh badannya didalam selimut. Tangisnya sudah berhenti, berganti melamun tiada henti. Fikirannya bercabang. Galang jahat, berkali kali Tasya memaki abangnya itu dalam hati.

Bahkan, ponselnya tak berhenti berdering karna banyaknya chat dari seluruh teman temannya juga Raja. Bisa di hitung, sekarang hampir ribuan chat yang masuk diseluruh media sosialnya. Terutama untuk aplikasi Whatsapp.

Tasya mengunci dirinya didalam kamar. Berpuluh puluh kali Raja mencoba membujuknya. Bahkan, Eric dan teman temannya pun juga sempat datang.
Sekarang sudah hampir pukul 12 siang. Tak ada niat untuk dirinya bangkit atau sekedar menggerakkan tubuh yang sakit karna terus rebahan. Matanya mengerjap, lagi. Air mata itu turun membasahi bantal yang di rebahinya.

Kalau saja Galang sudah memberi tau nya dari jauh jauh hari mungkin Tasya akan bisa mentoleransi. Disini dirinya seperti dianggap bagai orang yang tak penting. Tasya kesal, sangat.

"Tasya" Lagi, bunyi ketokan dari arah luar kembali terdengar. Kini suara Raja yang membujuknya. Bahkan bunyi kegaduhan dari luar tak membuat Tasya ingin bangkit begitu saja.

"Sayang..." Tasya tak bergeming. Kepalanya berdenyut nyeri, dirinya memegang perutnya yang seketika sakit. Melupakan penyakitnya, teringat bahwa dirinya memang belum makan dari tadi malam. Matanya tertutup kembali, meresapi sakit yang ada diperutnya.

Tok..Tok..Tok..

"Dobrak aja"
"Tau tuh"
"Cepetan"
"Dia ga makan dari tadi malem"
"Tasyaa!! Dengerin abanggg"
"Sya lo keluar dong, temen cantik lo masa di acuhin gini. Cape nih incess nunggu"
"Goblok lo, Bacot bener"
"Ayanggg, Tuh si Varo masa ngejek akuu"

Suara dari luar benar benar gaduh. Diam diam Tasya mendengar semuanya. Hanya saja, perutnya yang terasa sakit membuat konsentrasi nya membuyar. Tangannya memeluk erat perutnya. Kini dirinya kembali meringkuk diatas kasur.

"Dobrak!"

BRAK...

Tasya diam, membiarkan seluruh orang yang berada diluar masuk menghampirinya. Tasya masih merasa sakit, kepalanya berdenyut bukan main, perutnya terasa ditusuk, nafasnya seketika panas.

"Sayang..." Bunda menyentuh dahi Tasya.
Panas, sangat panas. Bunda seketika panik, langsung mengambil telfon dan menelfon dokter keluarganya.

"Bundaa, jangan nangis dulu" Ucap Arka menenangkan sang Istri yang sudah menangis memperhatikan Tasya yang tampak kesakitan.

"Maafin Abang, maaf, maaf" Berkali-kali Galang menggumamkan kata yang sama. Berjongkok disamping kasur Tasya, menggenggam tangan yang terasa panas itu dan menciumnya berkali kali.

Detik RuangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang