•Olahraga

2.1K 92 0
                                    

SEBELUM MEMBACA BIASAKAN DI VOTE DAN FOLLOW AUTHOR DULU YA GUYS⚠️

BUAT YANG UDAH MAU MAMPIR MAKASIH BANYAKKKK🥰

JANGAN LUPA DI KOMEN KALAU NEMU TYPO BIAR LANGSUNG DIREVISI-!!!

HAPPY READING SEMUAAAA❤️❤️❤️❤️

🦋🦋🦋🦋

Ingat lah, aku hanya orang biasa yang ingin membuat mu bahagia.
Bukan orang kaya yang membuat mu terpana.

🦋🦋🦋

Hari ini pelajaran olahraga bagi kelas Tasya.
Dan ternyata yang lebih mengejutkannya lagi, kelas mereka digabung dengan anak kelas 11. Lebih tepatnya lagi sih kelas Raja dkk.

Tasya mengobrak-abrik lokernya, mulutnya tak berhenti menggerutu. Seragam olahraganya sedari tadi tak dapat ditemukan. Atau mungkin tertindih cokelat cokelat yang menumpuk disana? Entahlah.

Tapi yang pasti, semua cokelat dan juga surat-surat yang dapat diketahui isinya adalah surat cinta itu kini sudah tergeletak tak berdaya. Biarlah, nanti kalau sudah pulang baru di pungut haha.

"Akhirnyaaaa" Greget Tasya, lalu dengan cepat mengambil seragam olahraganya. Berlari kearah toilet meninggalkan lokernya yang berantakan dan masih terbuka.

Tasya sudah selesai mengganti bajunya, nafasnya memburu tak karuan. Dadanya menjadi sedikit sakit karna berlari. Lonceng sudah 5 menit berbunyi, sudah di pastikan Pak Doni sudah berada di lapangan.

"huh huh... Maaf pak saya telatt" Pak Doni mengangguk menjawab pertanyaan Tasya yang masih mengatur nafasnya. Keringat membanjiri pelipisnya, membuat poninya melepek. Rambutnya kini di ikat menjadi satu, membuatnya terlihat lebih fresh dari biasanya.

"Masuk kebarisan" Tasya mengangguk, lalu berbaris disamping Bianca yang menjagakan tempat untuknya.

"Kenapa telatt??" Raisya bisik bisik, takut terdengar oleh Pak Doni yang memasang wajah sangarnya.

"Bajunya tadi ga nemu" Raisya mangut mangut, lalu mengikuti pemanasan agar tidak kram.

"OKE SEMUA, JADI HARI INI KALIAN PENGAMBILAN NILAI BOLA BASKET. SILAHKAN BELAJAR DULU" Tasya menepuk keningnya, dirinya melupakan bahwa hari ini pengambilan nilai olahraga bermain basket. Minggu kemaren dirinya memang tidak bisa, jadi disuruh latihan.

Berbeda dengan kedua temannya yang memang bisa meskipun kadang-kadang sedikit melesat. Namun Tasya memang tak pernah memegang bola bundar berwarna oren itu.

"Aduhhhh, gue gak bisa" Rengek Tasya, mengambil bola basket yang disediakan disana. Para murid sudah berpencar untuk latihan. Mencari teman untuk melatihnya sendiri.

"Gue ajarin?" Tasya menoleh, mendapati Raja yang tampak tampan dengan seragam sekolah yang mencetak otot ototnya dengan sempurna. Keringat menembus bandana merah yang melingkar didahinya.

"Bolehhh" Tanpa sadar, pipi Tasya bersemu merah. Melihat wajah Raja yang terpapar sinar matahari pagi membuatnya tampak berkilau. Astaga, Tasya jadi malu sendiri.

"Gini...Lo harus fokus" Kali ini Raja memposisikan badannya tepat dibelakang Tasya. Tasya menegang, pipinya semakin bersemu. Jantungnya seperti ingin loncat dari tempatnya. Badan mereka menempel, Raja memegang kedua tangan Tasya dari belakang, mengarahkan untuk mendribble bola kearah ring.

Tanpa sadar, semua orang tengah memperhatikan mereka. Badan Raja dan Tasya yang seperti itu persis seperti posisi memeluk saja. Semua bersorak, menggoda mereka yang tak menyadarinya.

Detik RuangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang