•Ratunya Raja

1.8K 65 15
                                    

JANGAN LUPA DI VOTE DAN FOLLOW AUTHOR DULU SEBELUM MULAI MEMBACA YA SEMUAAA⚠️

Ayo kalian nemu ceritanya dimanaa??

BUAT YANG UDAH BACA MAKASIH💕💕

JANGAN LUPA DI KOMEN KALAU NEMU TYPO BIAR CEPET DIREVISI!!!

HAPPY READING SEMUAAA🥰❤️❤️

🦋🦋🦋

Setiap orang bisa berdamai dengan lukanya. Tapi ga semua orang bisa sembuh dari traumanya.

🦋🦋🦋

Kini semua orang tengah cemas berada didepan ruang operasi Tasya. Begitupun ketiga sahabat Tasya yang selesai di obati, sedari tadi Bianca tak berhenti menangis dipelukan Fikri. Laki-laki itupun hanya pasrah sembari membisikkan kata penenang untuk gadis itu, meskipun badannya terasa sangat sakit sehabis perkelahian hebat tadi.

"Sholat" Ucap Jefrin sembari bangkit dari duduknya dan menepuk pelan bahu Raja. Raja hanya diam dengan pandangan kosong kearah ruang operasi dengan pintu tertutup rapat itu.

"Sholat Ja, lo diem ga bakal dapet apa apa. Mending do'a sana" Kali ini Devan yang memberi taunya, sedari tadi Galang tak kembali dari musholla. Dan sekarang memang sudah memasuki waktu sholat dzuhur. Yap, sudah sekitar 5 jam lebih Tasya berada diruang operasi itu.

"Duluan" Ucap Raja, menyuruh teman temannya yang sudah bangkit. Disini hanya ada teman temannya, juga sahabat Tasya. Orangtua yang tadinya berada disini pun disuruh pulang dulu untuk membersihkan badan, apa lagi Fiona yang tak berhenti nangis sedari mendapat kabar tentang anak gadisnya.

"Ayang... Aku sholat dulu. Kamu cepet bangun, inget jangan tinggalin aku" Gumam Raja lalu bangkit dari duduknya, menyusul semua orang yang sudah berjalan lebih dulu kearah musholla yang ada.

Penampilan Raja jauh dari kata baik, bajunya masih penuh dengan darah, rambutnya acak acakan, matanya merah dengan lengkungan hitam dibawahnya, bibirnya pucat karna belum makan sedari pagi. Raja lebih dulu kearah toilet, untuk mengganti bajunya dengan baju yang dibawakan oleh orang suruhan Papanya.

Setelah berwudhu, kini Raja menginjakkan kakinya kedalam musholla. Matanya semakin memerah menahan tangis. Kapan terakhir kali dirinya ketempat ibadahnya? kenapa setelah dapat masalah baru kembali kepada sang pencipta? Kali ini Raja benar benar merasa berdosa.

Raja bersimpuh dihadapan sang pencipta, mengadahkan kedua tangannya dengan air mata yang mengalir deras. Sudah hampir 20 menit Raja berada diposisinya, semua temannya membiarkannya untuk menumpahkan kesedihannya disana. Dan tadi, teman temannya sudah berpamitan keluar dari musholla untuk membeli makan dulu.

"Ya Allah, permintaan terakhirku. Sembuhkan bidadari surgaku Ya Allah, bahwasanya engkaulah tuhan sekalian alam." Raja menutup matanya, membiarkan air matanya turun mengaliri pipinya.

Drt..Drt..

Raja seketika membuka matanya, melihat siapa yang menelfonnya kali ini. Mata Raja seketika membola, Galang menelfonnya. Tanpa mengangkat telfon itu, dirinya langsung berlari keluar. Masih dengan peci yang digunakannya berwarna putih. Berlari melewati koridor hingga beberapa orang menatapnya bingung. Fikirannya berkecamuk.
Apa yang terjadi? Ratunya Raja baik baik saja bukan?

Fiona sudah menangis didekapan suaminya. Fikiran Raja langsung pecah, kenapa? ada apa?

"Kenapa Bun?" Suara Raja benar benar terdengar pelan. Berjalan menghampiri Fiona yang kini menatapnya juga.

Detik RuangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang