Keenambelas

299 41 21
                                    

Happy Reading ♡
Kali ini, agak panjang:(

Koridor panjang yang memiliki satu ruangan diujungnya dengan beberapa kursi tunggu. Hening dan sepi. Dengan cahaya yang tidak terlalu terang seperti ingin mendukung suasana.

Tapi ruangan itu tidak benar-benar hening dan sepi, ada isakan tangis yang sangat pelan juga dua orang berbeda gender dengan penampilan acak-acakan. Sang gadis bahunya bergetar, isakan itu berasal darinya. Wajah mereka terlihat sangat khawatir, gelisah, takut, juga merasa bersalah? Semua bercampur menjadi satu.

Mereka duduk disalah satu kursi panjang yang memang disediakan, menunggu satu-satunya ruangan yang ada disana terbuka. Dalam hati tak henti-hentinya mereka mendoakan seseorang yang tengah berjuang didalam sana.

Terhitung sudah dua jam Itachi dan Sasuke menunggu tanpa ada yang berbicara. Hanya isak tangis Sasuke yang terdengar sejak tadi.

"Sudah Sasuke, jangan menangis, Naruto pasti akan baik-baik saja." Itachi buka suara. Tangan kanannya mengusap pelan bahu adiknya.

"A-aku tidak tau. A-ku ingin berhenti, tapi nggak bisa, kak." Sasuke menunduk, isakan tangis sudah tidak ada tapi air matanya masih terus mengalir. Kembali hening, Itachi menatap lekat wajah adiknya.

"Sas.. Obati lukanya dulu, ya?" Pinta Itachi pelan. Hatinya sakit melihat wajah Sasuke yang tak bersih lagi.

"Aku nggak mau ninggalin tempat ini, kak. Tadi, kata dokternya, mereka akan langsung memberi tahu setelah operasi selesai." Lirihnya pelan. Rasa takut mendominasi perasaannya. Takut jika dokter keluar dengan gelengan kepala.

Dokter memutuskan untuk mengoperasi Naruto setelah melihat luka yang ternyata cukup dalam dikepalanya.

"Nggak kemana-mana. Tadi, kakak minta kotak obat sama perawat," Itachi menunjukkan kotak P3K ditangannya yang ditatap sendu Sasuke

"Kakak yang bersihin lukanya, ya?" Lanjutnya, Sasuke mengangguk pelan.

Segera Itachi memiringkan tubuhnya, menghadap penuh pada sang adik yang menundukkan kepalanya. Ia menarik pelan dagu Sasuke untuk membuatnya mudah mengobati. Dengan pelan lelaki itu mengusapkan kapas yang dibasahi alkohol untuk membersihkan sisa-sisa darah.

"Tadi, Naruto udah ngelarang. Tapi, aku nggak dengerin." Cicit Sasuke pelan, Itachi diam. Lelaki itu memang ingin tahu kejadiannya, tapi ia ingin bertanya saat suasana tenang. Dan sekarang, Sasuke yang ingin bercerita.

"Hala marah-marahin dia, kak. H-hala yang ribut," Suara Sasuke semakin memelan dengan sedikit isakan. Itachi masih setia mendengarkan dan mengoles obat merah diluka gadis itu.

"Tiba-tiba premannya dateng, Naruto berantem sama mereka. Kepalanya dipukul, kak. Tapi tetep berantem supaya premannya nggak deketin Hala." Lanjutnya panjang. Sasuke kembali terisak, tapi kali ini berusaha ditahannya.

"Hhhk.." Gadis itu tidak sanggup, ini pertama kali untuknya. Itachi yang tidak akan pernah tega melihat adiknya seperti ini menarik lengannya untuk masuk dalam dekapan lelaki itu.

Diusap-usapnya punggung Sasuke yang masih bergetar "Sudah, ya? Kakak nggak bakalan biarin preman-preman itu ganggu kamu lagi." Bisik Itachi memperat pelukannya saat merasakan anggukan kepala sang adik.

Lama mereka dalam posisi seperti itu sampai satu-satunya pintu disana terbuka menampilkan seorang dokter dengan wajah lelahnya. Itachi dan Sasuke berdiri dan dengan langkah cepat menghampiri sang dokter.

"Bagaimana keadaannya, dok?" Itachi yang pertama kali bertanya. Sang dokter menghela nafasnya lalu tersenyum tipis

"Kondisinya sempat drop karena kehilangan banyak darah. Namun, operasi berjalan lancar, dan akan segera dipindahkan dikamar rawat," Dokter itu menatap kedua kakak beradik yang tengah menghela nafas lega sekarang

Apocryphal (end) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang