[NARUFEMSASU]
"Ada kalanya, seseorang pergi, namun takkan pernah pulang."
-Apocryphal.
"Kamu baik-baik aja, kan?"
"Pergi, sial!"
"Gimana cara bikin kamu bahagia, Sas?" lelaki itu menatap tepat pada mata gadis didepannya.
"Mati saja."
[BELUM DIREVIS...
hai hai haii! Happy Reading ♡ . Sudah siap menghujat?
🤝🥀
"Tolong, tolong hidup lebih lama lagi."
-💐
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Suara sirine menggema ditelinganya, samar-samar ia melihat Sasuke yang tidak sadarkan diri perhalan diturunkan dari dalam ambulance. Rasa khawatirnya mengalahkan rasa sakit yang mendera sekujur tubuh.
Tangannya terangkat hendak menggapai Sasuke yang sudah masuk duluan kedalam rumah sakit. Dokter yang menyambut Naruto sejak ambulance sampai mulai meminta perhatiannya.
“Nak, dengar saya? Lihat saya.” Naruto tidak mengubris perkataan sang dokter dan tetap melihat lurus kearah Sasuke dibawa.
Setelahnya ia merasakan tempatnya tidur didorong kuat. Pemuda itu sadarkan diri, ia menatap dokter yang menekan luka dikepalanya lalu menatap kesekitar. Dipersimpangan sana ia melihat sesosok yang amat dikenalnya.
“Ibu.. ibu..” Panggilnya parau terhalang Ambu bag yang membantunya bernafas dengan tangan yang kembali terangkat hendak menggapai.
“Ibu.. ibu..” Tangannya ditangkap hangat oleh Menma yang menatapnya cemas dengan nafas memburu.
“Dek, dek, kakak disini, kuat ya. Maaf-maafin kakak.” Menma menggenggam tangan dingin itu.
“Kak.. Naru lihat ibu, Naru lihat ibu.” Perkataan terakhir Naruto yang menghantam keras hati Menma sebelum sang adik dibawa masuk ke UGD dan ia diminta untuk menunggu diluar.
Menma terduduk lemas dikursi depan UGD, ia menangis mengingat keadaan kacau Naruto, darah begitu banyak membasahi rambutnya, banyak sekali luka lebam dan lecet ditubuh anak itu. Rasa menyesal tidak henti menyergapnya begitu ingatan bagaimana dulu ia menyiksa sang adik memintanya sekarat. Dan, sekarang anak itu mengabulkannya.
Menma memukul kuat kepalanya merasa bodoh akan kelakuannya selama ini, ia menyesal bukan main, dadanya sesak, seperti banyak sekali batu menghimpit organnya. Apa ini, apa ini kutukan penyesalan. Air matanya terus mengalir deras seperti tidak tahu cara berhenti kala pikiran buruk tidak henti membayanginya.
Seseorang mendekapnya dari samping, Menma menatap Roseline yang sama kacaunya dengan dia. “Gimana? Gimana keadaan Naruto?” Tanya sang nenek, dan gelengan Menma membuatnya menangis.
Kenapa disaat seperti ini yang ia ingat adalah betapa kejamnya dulu ia pada Naruto, Roseline yang selalu ikut andil dalam menyiksa Naruto, Roseline yang sejak dulu selalu memberi siksa pada anak kecil itu, dadanya bergemuruh kencang, berharap semoga Tuhan mendengar doa dari pendosa sepertinya.