keenam

409 49 24
                                    


Warning!!!
Chp ini mengandung kata-kata kasar dan kekerasan. Selebihnya juga jika ada typo:)

Happy reading ♡

Tidak ada yang bisa membeli waktu didunia ini. Jika ada, maka tak akan ada yang menyesal. Tak akan ada lagi kata terlambat menyadari.

Dalam mimpi ini, ingin rasanya menahanmu, memelukmu. Bahkan jika kata tidak yang terdengar, bolehkah egois? Dalam mimpi yang tidak akan menjadi nyata ini, ingin rasanya menggantikan posisi yang memang sudah dijadikan tak seperti seharusnya.

Jangan berfikir semua terlambat. Setiap manusia memiliki kesalahan. Tidak ada yang sempurna.

'sore hari sepertinya adalah waktu yang tepat untuk menikmati udara taman kota. Sama seperti kedua remaja berebeda gender yang tengah duduk disalah satu bangku taman. Seperti menunggu.

"kak.." panggilan sigadis bersurai panjang mengalihkan atensi seorang disebelahnya.

"hm?"

"kak Sasuke itu.. walau terlihat galak tapi ia baik kok. Dia juga kadang suka ceroboh." Naruto mengangguk mengiyakan perkataan Hinata. Gadis yang duduk disampingnya.

"Hum, Sasuke memang sangat baik. Tapi.. jika sudah marah, ia jadi menyeramkan." Naruto berucap dengan mata yang mengarah keatas seperti mengingat sesuatu.

Hinata terkekeh mendengar penuturan yang sepenuhnya benar dari Naruto. "jaga kak Suke ya kak." Naruto menoleh hendak menatap Hinata yang juga sedang mentapnya. Raut Hinata menyiratkan sesuatu yang tak bisa Naruto jelaskan .

"Tentu. Kita akan menjaganya bersama-sama." Naruto tersenyum setelah mengucapkannya. Hinata melihat ketempat kakaknya yang tengah menunnggu pesanan. "Tidak. Kakak saja." Ucapnya.

"hem?" Naruto menggumam bingung. Ia tak mengerti apa yang dimaksud Hinata.

"Berjanjilah kak, berjanjilah kalau kau akan terus menjaga dan melindungi kak Sasuke. Aku.. aku sangat menyayanginya. Dia bisa menjadi tak terkendali saat sedang marah. Tapi ia juga bisa sangat terpuruk bila kehilangan. Kumohon.. berjanjilah kak." Hinata berucap serius namun dengan nada memohon. Tergambar jelas dimatanya tatapan penuh pengharapan.

"B-baiklah.. tanpa dimintapun aku akan menjaga kalian apapun yang terjadi." Naruto bingung. Tapi ia tetap mengiyakannya sambil mengusak kepala Hinata. Ia bingung, kenapa Hinata berbicara seolah ia akan pergi?

"Janji ya?" Hinata mengangkat jari kelingkingnya. "Janjii." Naruto mengaitkan kelingkingnya.

"Bantu kakak yaa." Lanjut Naruto yang belum melepaskan kaitan kelingkingnya. Hinata menunduk "Tidak bisa.." Ia berucap sangat lirih. Namun Naruto mendengarnya. "Kenapa?" tanyanya.

Hinata bangkit dari duduknya "Ayo kak kita susul kak Sasuke. Dia pasti kesal sudah menunggu terlalu lama." Ucap Hinata semangat. Tangannya ia gunakan untuk menarik Naruto yang masih bingung.

"jawab du-

"Tapi sambil berjalan kita main batu gunting kertas ya? Yang kalah akan didorong sama yang menang." Hinata memotong cepat ucapan Naruto. Ia tak ingin memberi tahu lebih jauh.

"MULAI!" Dan mereka memulai permainan sambil berjalan menuju tempat Sasuke berada. Selama bermain Naruto selalu menjadi pemenang. Namun ia tak mendorong Hinata sebagai hukuman tapi mencubit pipi, hidung dan mengusak kepalanya. Ia sayang Hinata. Walau umur mereka tak terlalu jauh ia selalu memperlakukan Hinata seperti adikya sendiri dengan baik.

Apocryphal (end) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang