kesepuluh

283 43 12
                                    

Happy Reading 🌺

Ada banyak rasa familiar, ada yang membawa sadar juga ada yang menutup asa yang sempat terucap. Jika sadar, sesaklah yang sering kali mendominasi permainan. Bukan hanya sekedar mengecoh, tapi menghancurkan sesuatu yang sudah terbangun kokoh dan rapi. Tapi setelahnya, hanya kelegaan yang terasa didada. Namun jika itu menutup, maka jangan sampai kau dikendalikan.

Rasa bersalah? Yang benar saja!

“Aku pulang..” Ucap Sasuke lesu setelah membuka pintu rumahnya. Mikoto yang kebetulan sedang berada diruang tamu menatap heran anaknya.

“Anak mama sudah pulang, kok lesu begitu? Capek ya?” Ucapnya lembut. Sasuke mendongak menatap ibunya yang juga sedang menatapnya sambil tersenyum.

“Maa..” Sasuke berjalan lesu menghampiri Mikoto yang sedang duduk disofa dengan majalah tertutup ditangannya.

“Ada apa, sayang?” Tanya Mikoto lembut.

Brughh

“Huftt..” Sasuke mendudukan begitu saja dirinya disamping ibunya, kepalanya ia bawa untuk dibaringkan dipaha sang ibu. Mikoto mengernyitkan dahinya, tangannya tergerak untuk mengelus puncak kepala sang putri.

“Ada masalah disekolah hm?” Sasuke menganggukkan kepalanya.

“Mau cerita?” Tanya Mikoto lembut. Tangannya tak berhenti mengelus kepala putrinya. Andai semua ibu seperti itu, pasti tak akan ada nyawa yang terengut dengan sengaja. Dunia nyata memang kejam, Bung!

Sasuke memejamkan matanya lalu memeluk  dengan menenggelamkan kepalanya pada perut ibunya. Berkali-kali ia menarik nafas dan menghembuskannya kasar. Mikoto masih setia menunggu putrinya untuk bercerita.

“Mama pernah merasa sesak disini?,
Sasuke menyentuh dadanya, sekarang posisinya sudah kembali seperti tadi, tidak memeluk.

“Dan itu terjadi karena sesuatu yang ingin mama lakukan dan lihat. Tapi setelah itu terjadi, bukannya malah merasa senang tapi malah sesak.” Sasuke berucap dengan mata yang menerawang peristiwa saat disekolah tadi. Mikoto tersenyum, tangannya masih sangat setia mengelus puncak kepala Sasuke.

“Apa kamu berbuat kesalahan, hm?” Tanyanya. Sasuke hanya diam, tidak menjawab. Tapi ia memandang ibunya. Mengerti akan keterdiaman anaknya Mikoto pun menjawab

“Itu tandanya kamu sedang merasa bersalah.” Sasuke yang mendengarnya langsung duduk menghadap ibunya.

“Tapi Ma, ini kemauan aku, Sasu menginginkan ini.” Selanya cepat.

“Memangnya Sasu melakukan apa?” Tanya Mikoto, Sasuke langsung terdiam dibuatnya.

“Tidak ada.” Jawabnya setelah beberapa saat.

“Sasuke, dengar mama ya, tidak semua yang diinginkan pikiran membuat perasaan tenang. Maka dari itu, pikiran yang logis harus setara dengan perasaan ya.” Mikoto mengetuk dahi Sasuke menggunakan dua jarinya, reflek Sasuke menutup dahinya dan mengangguk-anggukkan kepalanya.

“Sudah, ganti baju sana lalu temani mama ke SuperMarket. Sekalian mama mau ajak kamu makan diluar.” Ucap Mikoto sambil mendorong-dorong bahu Sasuke pelan. Sasuke merengut sebal.

“Iya Ma, iyaa..” Jawabnya lalu berlari kekamar.

“Jangan lari-lari, Sasuke!” Peringat Mikoto.

“Iyaa MAA..” Teriak Sasuke.

***

Tok

Apocryphal (end) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang