Keempat puluh enam

175 29 9
                                    

Happy Reading ♡

Happy Reading ♡

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.



Suasana sekolah masih tegang, para guru dan siswa mencerna kejadian dari rekaman barusan, banyak dari mereka berkerumun di ruang kepala Yayasan yang sudah kosong meninggalkan bercak darah. Semua orang berkumpul ditiap-tiap koridor, bel tanda jam istirahat kedua selesai tidak kunjung dideringkan sedari tadi. Beberapa staf sekolah berlalu-lalang menertibkan anak-anak dengan penasaran tinggi menuju ruang radio sekolah.

Sasuke dan Ino yang baru sampai kebingungan melihat keramaian ini, mereka merasa ada yang lain dari sekolah sampai Sakura yang dengan tergesa menghampiri kedua sahabatnya. "Kalian dari mana aja?" Tanya Sakura disela mengatur nafasnya.

"Fotocopy tadi, ada apa disekolah?" Jawab sekaligus tanya Ino.

"Astaga, pantesan dicariin dimana-mana enggak ada," Sakura memberi jeda pada ucapannya.

"Sas, Naruto mukulin kepala Yayasan sekolah." Dan pernyataan yang ini sukses membuat Sasuke dan Ino membolakan matanya.

"Naruto? Jangan bercanda, Sak!" Bentak Sasuke syok.

"Enggak, Sas, beneran, tadi bu Anko yang nyaksiin sendiri," Sakura meyakinkan dengan wajah paniknya.

"Makanya suasana sekolah lagi nggak enak banget, karena tadi sempet ada rekaman." Suara Sakura mengecil di akhir karena tidak tega melanjutkannya. Ino yang mulai tahu alasan Naruto menyuruhnya membawa Sasuke mengalihkan pembicaraan sebelum Sasuke bertanya lebih jauh

"Jadi gimana? Pak Danzou dan Naruto?" Tanyanya.

"Naruto dimana, Sak?" Kini Sasuke yang bertanya.

Sakura menggeleng. "Nggak tau, Sas. Naruto dan Pak Danzou udah engga ada waktu guru-guru nyusul ke ruangan," Jelasnya. Hal itu membuat Sasuke panik dan langsung berlari mencari Narutonya, ia mengkhawatirkan pemuda itu, Sasuke harus mencarinya.

***

Sai diseret paksa dua orang pria berbadan tegap ke ruangan ayah angkatnya, Danzou Jeanesson. Seluruh tubuhnya gemetar begitu tahu apa yang akan ia hadapi saat ini. Pemuda itu tersungkur setelah dilemparkan begitu saja oleh dua pria yang menyeretnya lalu meninggalkannya keluar.

Nafasnya memburu penuh sesak saat menyadari ruangan seluas ini menjadi gelap dan pengap beda dari biasanya. Pupilnya bergetar saat kursi kebesaran ayah angkat yang selalu ia panggil tuan berputar menampilkan sesosok pria dengan wajah marah yang kentara.

Sai mencoba berdiri namun kakinya lemas akibat rasa takut yang begitu besar. Nafasnya semakin memburu begitu melihat Danzou mulai berjalan mendekat ke arahnya.

"Jangan takut, sayang.." Ujar Danzou melirih menambah ketakutan Sai.

"Ini kan perbuatan bodohmu sendiri!" Danzou mengangkat kursi kayu lalu ia lemparkan ke arah Sai hingga kursi itu patah dan terdengar jerit menyakitkan dari anak muda yang kini berdarah kepalanya.

Apocryphal (end) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang