Happy reading ♡
“Udah, sabar-sabar, jangan dipeduliin.” Sasuke menepuk-nepuk bahu Naruto, keduanya kini berjalan menuju toko Handphone setelah meninggalkan Sai begitu saja direstoran tadi.
“Udah paling bener kita tinggalin dia itu, sok polos sih mukanya.” Tadi, keduanya langsung pergi tepat setelah Sai mendudukkan diri tanpa sepatah kata apapun. Tapi, bukan itu alasan Naruto tampak kesal.
Sasuke masih menepuk-nepuk punggung lelaki itu sampai Naruto berhenti dan menghadap penuh padanya. Gadis itu menatap Naruto bertanya dengan mulut yang akan terbuka melontarkan kata tapi sebelum itu, Naruto menundukkan kepalanya tepat dihadapan Sasuke. Gadis itu makin heran dibuatnya.
“Kenapa?” Sasuke memandang rambut halus lelaki didepannya. Naruto tak kunjung menegakkan kepalanya.
“Puk-puk” Suara pelannya terdengar namun Sasuke gagal paham.
“Hah?” Naruto geming sesaat lalu mengangkat wajah menatap Sasuke, raut wajahnya melas.
“Puk-pukin.” Lelaki itu kembali bersuara pelan masih dengan menatap Sasuke. Sang gadis menggigit gemas bibirnya begitu paham, Sasuke dengan senyum mengembang mengelus puncak kepala Naruto sayang.
Naruto mengulum senyum dalam tundukannya, hangat usapan pada kepala sampai ke hatinya. Sasuke juga merapikan rambutnya agar tak berantakan.
“Sayaang” Ucap spontan Sasuke tanpa sadar membuat lelaki didepannya kembali menatapnya, masih dengan mengulum senyum hingga matanya hampir menyipit tenggelam pada tarikan Bahagia lantas menggenggam tangan gadisnya.
“Ayo, nanti kemaleman.” Lantas keduanya berjalan beriringan.
Beberapa merk ponsel sudah keduanya lihat dan pilihan jatuh pada salah satu merk ternama yang kini mereka terima di kasir setelah Naruto melakukan pembayaran.
“Bentar, Na!” Sasuke mengetikkan sesuatu diponsel baru Naruto. “Ini nomor aku, wajib dihubungin!” Titah gadis itu. Naruto menerima kembali ponselnya, memandangnya sebentar lalu menekan sebuah tombol dan disaat bersamaan Sasuke merasakan getaran diponselnya yang dengan segera ia cek.
“Itu nomor aku, wajib diterima!” Naruto mengulang nada yang Sasuke buat seraya mengacak lembut puncak kepala gadis itu.
“Ayo, Halaa..” Lantas kembali membawa Sasuke dalam genggaman untuk diajak jalan beriringan.
Malam ini jalanan tidak begitu ramai, udara juga tidak terlalu dingin memberikan kesempatan lebih lama untuk melewati waktu menikmati indahnya purnama. Sasuke sesekali memandangi langit yang ikut diramaikan bintang mengalahkan kerlap-kerlip lampu jalanan. Kedua tangan gadis itu melingkari pinggang Naruto, tidak erat tapi sampai hangatnya.
“Bulannya indah ya, Nar.” Ucapnya tanpa mengalihkan pandangan dari langit, tidak melihat Naruto yang kini mengulum senyumnya membalas pelukan Sasuke dengan mengusap pelan punggu tangan gadis itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Apocryphal (end)
Fanfiction[NARUFEMSASU] "Ada kalanya, seseorang pergi, namun takkan pernah pulang." -Apocryphal. "Kamu baik-baik aja, kan?" "Pergi, sial!" "Gimana cara bikin kamu bahagia, Sas?" lelaki itu menatap tepat pada mata gadis didepannya. "Mati saja." [BELUM DIREVIS...