EPILOG

323 30 10
                                    

Terakhir ya. Lagu di beranda didengerin.

Happy reeding ♡

"Naruto, hidup ynag kamu jalani tidak menyenangkan, lantas kenapa tragis menjadi julukan kematianmu."

-Sasuke Hala Amaris

Dua bulan berlalu begitu sunyi dan perpisahan kelas 12 SMA Asia yang terasa sepi untuk Sasuke Hala Amaris

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Dua bulan berlalu begitu sunyi dan perpisahan kelas 12 SMA Asia yang terasa sepi untuk Sasuke Hala Amaris. Ia lulus sebagai siswa terbaik dari sekolah itu dan diterima perguruan tinggi dengan jurusan Bahasa dan Sastra Universitas Cakrawala kampus unggulan saat ini.

Sasuke meninggalkan acara sekolahnya demi kabur ke tempat dimana angin lembut dapat menerpa wajah, gemuruh ombak yang terasa damai, dan biru lautan bercermin langit. Gadis itu memeluk buku Bahasa seorang lelaki yang akan selalu ada dihatinya dan selembar kertas.

Suasana hati Sasuke saat ini lebih banyak buruknya, sebab disetiap sudut sekolah ada kenangan Narutonya. Ia benci mengingat kalau lelaki itu hanya bisa dikenang bukan diajak jalan bersama, Sasuke membenci ingatan tentang ia yang tidak lagi bisa menggenggam nyata jemari panjang milik lelakinya.

Gadis itu berjalan pelan untuk sedikit lebih dekat pada kubangan raksasa didepannya, ia terdiam sejenak saat ingatan-ingatan itu kembali menyengatnya. Kali ini Sasuke harus duduk tanpa alas berupa kemeja kotak-kotak yang selalu Naruto berikan. Sasuke menghapus air mata yang lagi-lagi membasahi pipinya, ia mulai membuka buku catatan Bahasa milik Naruto dan membaca tulisan yang terdapat di halaman paling belakang. Tulisan Narutonya.

Sendiri dulu bagaimana?

Waktu seakan melambat tapi tidak untuk larut malam.

tapak kaki tidak lagi bersemangat hari ini.

rapalan kata penyembuh batin tak lagi tau hitung berapa banyak.

semua ditutup rapat-rapat didalam hati dengan kunci berupa nyawa.

tidak ada satu genggaman yang datang,

bagi semuanya sesosok ini hanya perlu menggenggam,

atau sesosok ini yang tak pandai bilang?

Sendiri dulu tidak apa-apa?

tapi, saya kan memang selalu sendirian.

Kamu punya begitu banyak jejak kaki,

tapi sendirian.

Sendiri dulu bagaimana?

tapi, nyatanya kan memang selalu sendirian.

kecapan dari manisnya teh dan air mata tidak akan semenyatu rasa sakitnya.

getaran tubuh semenyenangkan senyum diwajah tidak akan pernah unjuk akan penatnya.

seonggok daging ini juga punya masanya.

Apocryphal (end) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang