Keduapuluh dua

287 40 11
                                    

Hallo gengs!!

Selamat menunaikan ibadah puasa. 😊

Happy reading ♥

🦔🦔

'Kita beda, dan akan sangat kontras jika dilihat. Bahkan dirasa.'
-Naruto Alizandra Wheeler.

' -Naruto Alizandra Wheeler

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

🦔🦔


"Huh.."

Naruto menghela nafas gugup saat sudah berdiri didepan pintu rumah ayahnya. Tangannya hendak membuka pintu sebelum teringat sesuatu. Pemuda itu melepaskan medali yang mengalung dilehernya sedari tadi. Ia lupa. Pantas saja terasa berat.

Medali tadi disimpannya kedalam tas yang juga berisi sertifikat, piala, dan hadiah. Pemuda itu mengusap kasar pelipisnya yang sedari tadi berkeringat dan dengan langkah biasa ia masuk kedalam rumah setelah pintu dibuka.

Suasana rumah seperti biasa, hening dan sepi. Naruto terus berjalan tanpa menoleh kanan dan kiri. Kali ini tujuannya lagi-lagi, kamar.

"Tunggu."

Saat melewati ruang tamu, suara datar khas ayahnya terdengar. Minato menunjukkan gestur tangan menyuruh Naruto mendekat kearahnya yang dituruti oleh sang empu.

"Berikan hasilmu." Lagi, Minato kembali memberikan gestur tangan meminta pada anaknya membuat Naruto membuka tasnya untuk mengambil sertifikat olimpiade.

Naruto menghentikan aktivitasnya sejenak guna menenangkan tangan yang sedikit bergetar baru setelahnya ia serahkan pada Minato.

Minato mulai membacanya, ada sedikit kerutan yang semakin lama semakin dalam didahinya. Sementara Naruto, ia hanya diam. Pemuda itu menyembunyikan tangan bergetarnya kebelakang tubuh.

Bahkan sampai sekarang pun, perasaan takut itu masih ada.

Srakk

Minato melempar kasar sertifikat itu ke wajah Naruto membuat pemuda itu memejamkan matanya.

"Bodoh. Kenapa kau bodoh sekali, hah?!" Minato meninggikan suaranya.

"Salah dua. Berapa nilai peringkat kedua?" Tanya lelaki paruh baya itu dingin.

"97"

Jawaban Naruto membuat ayahnya menatap lebih marah kepadanya. Pemuda itu balik menatap Minato datar menyembunyikan perasaan lain dalam dirinya.

"Saya sudah pernah bilang sama kamu, saya nggak pernah minta kamu untuk jadi yang terpintar,"

"Tapi jangan pernah berulah dan buat malu nama keluarga." Minato masih saja menatap tajam anaknya yang menatap balik dirinya. Minato tertegun sejenak, ada luapan emosi tak terkendali saat melihat Naruto menatapnya seperti ini.

Apocryphal (end) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang