Kedua

601 44 3
                                    


Terlihat baik belum tentu baik, sebaliknya yang terlihat buruk juga belum tentu itu buruk. Yang terlihat belum tentu yang sebenarnya.


Pura-pura. Salah satu cara untuk menyempurnakan dan membohongi keadaan.

Pembohong yang baik? Tidak lelah? Kepura-puraan membutuhkan tenaga serta rasa ikhlas yang besar.

Kakashi menatap punggung Naruto sendu, “Kamu, anak yang baik Naruto.” Gumamnya masih menatap punggung Naruto sampai masuk kedalam kamar.

Ditempat yang sama seorang wanita paruh baya juga tengah menatap punggung tuan muda bungsunya dengan sedih. Tuan mudanya sudah banyak sekali menerima penderitaan. Padahal dulu dia yang paling disayang dan dijaga. Namun setelah kejadian waktu itu semuanya berubah. Tuan muda kecilnya harus menerima sesuatu yang tidak pantas diterimanya.


Ingin sekali ia membawa tuan mudanya itu pergi dari rumah neraka ini, tapi Naruto selalu menolak dengan alasan “Mereka keluargaku Bii, aku hanya ingin bersama keluargaku” Katanya. Wanita paruh baya yang Naruto panggil Bibi Sara hanya bisa pasrah akan keputusan anak majikan yang  sudah ia anggap anak sendiri itu.

“Permisi” Panggilan dari Kakashi menyadarkan Sara dari lamunannya.

“Iya, Tuan? Ada yang bisa saya bantu?” tanya Sara ramah sambil menundukkan kepala.

“Bisa kamu antarkan air hangat dan susu coklat hangat kekamar Naruto?” Pinta Kakashi.

"Dan bantu dia mengobati lukanya.” Lanjutnya yang mendapat anggukan dari Sara.

“Baiklah tuan, saya permisi.” Ucap Sara lalu menyiapkan yang diminta Kakashi tadi. Sebenarnya dia mau melakukan itu sedari tadi untuk Naruto, tapi dia malah melamun.

...

Didalam kamar,  Naruto sedang duduk ditepi ranjang dengan tangan yang memijat kepalanya. Ia memutuskan untuk duduk sebentar karena pandangannya memburam. Padahal lukanya memerlukan perawatan segera. Lihat saja, darah pun belum berhenti mengalir dan mengotori seragam yang ia kenakan.


Tok

Tok

Terdengar suara ketukan pintu dari luar, Naruto kaget dan panik tapi setelah itu dia lega karena melihat siapa yang masuk.

“Bibi masuk, ya..” Ucap Sara saat pintu sudah terbuka sedikit. Dan masuk setelah mendapat anggukan dari Naruto.

Sara meletakkan nampan yang dibawannya diatas meja belajar dan melihat keadaan Naruto

“Ya ampunn! itu kenapa belum diobatin lukanya, Naruto? Lihat, darahnya banyak sekali." Sara berseru panik sambil mendekatkan diri.

Sara dan Kakashi hanya memanggil Naruto saja tanpa embel-embel 'Tuan muda' karena Naruto sendiri yang memintanya. Toh juga Naruto udah dianggap anak dan adik sendiri oleh Sara dan Kakashi.

“Aku masih pusing, Bii. Jadi tadi duduk bentar, nungguin bibi nganter air anget sama susu buat aku,” Ucap Naruto manja yang diakhiri tawa pelannya.

Apocryphal (end) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang