Ketigapuluh empat

129 25 11
                                    

Happy reading ♡

“Bi Sara, aku berangkat, ya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

“Bi Sara, aku berangkat, ya. Makasih sarapannya.” Ucap Naruto setelah menghabiskan sepiring nasi goreng buatan Sara. Tanpa menunggu jawaban dari wanita itu Naruto segera keluar untuk menghampiri motornya.

Pagi ini ia berangkat lebih awal karena ada janji bertemu Pak Iruka dengan Sasuke untuk membahas perihal olimpiade yang tinggal dua minggu lagi. Naruto berhenti ketika menyadari Menma tengah memanasi mobilnya. Naruto segera mengubah ekspresinya, masih setengah kesal karena tadi malam ternyata tepat sasaran.

Menma melihat Naruto yang melewatinya begitu saja, ia perhatikan pemuda berseragam sekolah itu mengambil helm di meja sudut garasi lalu menemui motornya. Otaknya berkata untuk tidak perlu peduli tapi hatinya memilih untuk mengajak pergi. Dan, perang batin.

“Ayo kuantar.” Dua kata yang tersuara dengan lancar tanpa hambatan membuat Naruto menatap heran Menma yang geming didepan mobilnya.

“Nggak dulu.” Naruto mengangkat tangannya sejenak lalu memasang helm dikepala. Ia merasa kalau Menma mungkin salah bicara. Dari pada sakit hati pagi-pagi lebih baik ia menolak. Namun Menma,

“Ku antar, aku nggak mau kejebak macet karena pelajar dibawah umur yang jatuh dari motor.” Menma mengulum bibirnya, mulus sekali kata-katanya.

“Nggak perlu dibilang, ntar kejadian.” Naruto menjawab sedikit ketus lalu ia nyalakan motornya. Ada apa dengan Menma?

“Nggak usah ngebantah, bisa?” Saat-saat seperti ini, jiwa Roseline seperti merasuki Menma.

Naruto mengangkat alisnya. “Biasa juga engga pernah begini, kan?” Pertanyaan ini mampu membuat Menma semakin bertanya-tanya.

“Terima kasih tawaran baiknya. Tapi, anter adik kesayangan aja, itu anaknya udah selesai.” Naruto menunjuk Sai yang berjalan kearah mereka lalu melajukan motornya dari sana.

“Kenapa, kak?” Sai menyadarkan Menma yang terdiam tak bergerak sama sekali. Pemuda itu menggeleng sekilas. “Ngga apa-apa.”

“Mau keluar, kak?” Sai kembali mengajukan pertanyaan.

Menma menggeleng sekali lagi. “Enggak, cuma panasin mobil tadi. Kakak masuk, ya.” Jawabnya lalu melenggang masuk meninggalkan Sai yang sebenarnya sudah tau kondisi sejak awal. Anak itu berdecak.

“Sialan.” Umpatnya melihat arah kepergian Naruto dan motornya. Kebencian Sai benar-benar tanpa alasan.

***

Naruto memasuki pekarangan sekolah lalu memarkirkan motornya ditempat biasa, kaki jenjangnya ia bawa untuk menyusuri motor-motor yang juga ikut terparkir disana. Pada pijakan pertama, Naruto tidak bisa menahan senyumnya ketika matanya melihat seorang gadis yang duduk di bangku paling ujung koridor ini.

Gadis itu hari ini menggerai rambut Panjang gelapnya, ada jepitan mungil berbentuk lumba-lumba disana. Naruto mempercepat langkahnya sebelum Sasuke menyadari kehadirannya. Pemuda itu berhenti tepat didepan Sasuke yang masih menunduk.

Apocryphal (end) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang