Ke empat puluh tujuh

154 29 7
                                    

Happy Reading!

"Kalau sama kamu, bumi bakal lebih menyenangkan saat kita berpijak"

"Kalau sama kamu, bumi bakal lebih menyenangkan saat kita berpijak"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Langit mulai menggelap saat Sasuke berhasil sampai kekediaman keluarga Minato, ini adalah tempat terakhir yang gadis itu tuju setelah sudah mencari ke tempat-tempat yang menurutnya Naruto ada disana. Ia perhatikan rumah besar itu dengan hati ragu sebab tidak merasa pemuda itu ada disana.

Sasuke merasakan ada yang mengikutinya saat mulai berjalan mendekat kea rah pagar hitam, gadis itu ingin membalikkan tubuhnya sebelum sebuah tangan berlapis kain membekap mulut dan hidungnya. Sasuke menahan nafasnya seraya memberontak tapi tenaganya tidak cukup kuat karena seseorang lagi memegangi tangannya hingga gadis itu melemas dan pingsan.

Sasuke masih bisa merasakan saat tubuhnya mulai melayang dan dimasukkan kedalam mobil kemudian matanya ditutup. Disaat-saat seperti itu, disaat raga lemas tanpa daya Sasuke teringat orang tuanya, teringat keluarga, yang dipikirannya terakhir saat itu adalah Naruto.

Tolong aku, ya..

Sai mendengar jelas lirihan gadis disampingnya, pemuda itu tersenyum licik lalu mengalihkan pandangannya pada Shin. “Lebih cepat, bang!” Perintahnya.

Sedan hitam yang pernah membunuh seseorang itu melaju kencang membelah jalanan sunyi menuju pinggiran kota kecil yang cukup jauh. Mobil itu berhenti didekat rumah kosong yang ditutupi Semak-semak. Sai turun dengan menggendong Sasuke di bahunya, ia masuk duluan ke dalam rumah kosong yang hanya diberi lampu kuning dengan Cahaya remang-remang.

Sai mendudukkan Sasuke di kursi single yang sudah reot lalu mengambil kursi yang sama untuk ia duduki. Shin masuk membawa sebotol air mineral, wajahnya tampak gusar akan kelakuan sang adik.

“Sai, ini berlebihan. Masih ada waktu untuk kabur.” Shin mencoba memberi pengertian lagi. Ia tidak mau adiknya semakin terjerumus dan menambah hukumannya.

“Aku nggak akan tertangkap, aku harus memberinya Pelajaran.” Sorot mata Sai menggelap saat memperhatikan Sasuke yang sudah ia ikat namun belum sadarkan diri.

“Cih, berikan air itu.” Sai merampas air digenggaman Shin lalu membukanya kemudian ia siramkan ke Sasuke hingga gadis itu terbangun.

Sasuke tersentak merasakan aliran dingin yang mengalir dari kepalanya. Gelap. Tidak ada yang bisa dilihatnya begitu membuka mata, Sasuke memberontak saat mengetahui tangan dan kakinya terikat kuat.

“Lepas! Siapa kalian brengsek?” Teriaknya.

Sai terkekeh . “Aku, abang tiri kasihmu,” Jawabnya santai membuat Sasuke semakin memberontak.

Apocryphal (end) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang