Ke empatpuluh satu

159 32 13
                                    

Halo lagii, sesuai janji yaa tiga bab langsung meluncur!! 🤙

Kasih semangatnya buat balikin mood nulis yang kadang suka banget ngestuck

Happy Reading

Naruto setengah berlari sebelum akhirnya sampai di minimarket tempatnya bekerja

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Naruto setengah berlari sebelum akhirnya sampai di minimarket tempatnya bekerja. Pemuda itu masuk dan memberi sapa pada Toneri yang sedang menyusun uang dikasir. Minimarket sore ini sepi pengunjung membuat Naruto segera menuju kamar mandi untuk mengganti seragam sekolahnya.

Tidak sampai sepuluh menit pintu kamar mandi terbuka menampilkan Naruto dengan seragam kerjanya. Pemuda jangkung itu segera menyimpan barang-barangnya setelah melipat sesuatu yang langsung ia selipkan disaku celana bahannya lalu keluar dari sana. Naruto menuju rak minuman yang terdapat beberapa kardus tersusun rapi didepan kulkas dan mulai menyusunnya sesuai merk.

Pemuda dengan seragam hijau yang sama dengannya menghampiri dengan pukulan akrab dipunggungnya. "Kusut banget itu muka, emang botol-botol ini bikin kesel, ya?" Celetuk Toneri ketika melihat wajah tidak bersahabat Naruto.

Hening. Tidak adanya jawaban dari Naruto membuat Toneri bertanya kembali karena anak yang empat tahun lebih muda darinya itu semakin menekukkan wajahnya. "Kenapa? Masalah disekolah?" Terdengar sekali suara ke abangannya.

Naruto menghela nafasnya, memilih menjawab sebelum Toneri mencecarnya dengan lebih banyak pertanyaan lagi. "Biasa, sama abang aku."

"Loh, kamu punya abang?" Toneri memasang wajah bingung menatap Naruto yang masih menyusun minuman.

Naruto acuh dan memilih mengangguk saja, jadi kesal juga dengan Toneri karena hanya diam bersandar di rak tanpa mau membantu sedikitpun. Namun, pemuda yang mengecat rambutnya berwarna silver itu belum selesai memberinya pertanyaan.

"Aku kira kamu anak sekolah yang tinggal sendirian, yang nggak punya siapa-siapa." Tutur Toneri enteng.

Naruto tersenyum sedikit diwajah kesalnya. "Kelihatan banget, ya?" Pertanyaannya mengundang anggukan pasti dari Toneri.

"Iyalah, kelihatan dari muka kamu yang butuh kasih sayang banget." Toneri menjawab main-main sambil menertawakan ucapannya barusan. Sementara Naruto hanya menatap malas teman kerjanya dengan candaan garingnya itu lalu mulai membawa kardus-kardus itu kegudang untuk disimpan sisanya. Ia meninggalkan Toneri tatapan kesal yang disadari sang empu.

Naruto menghela nafasnya, ia sedang mengambil barang untuk diisi di rak yang kosong. Sebenarnya belum waktunya, tapi ia malas bertemu Toneri dulu. Naruto ingin mengerjakan pekerjaan hari ini dengan hati yang tenang karena mungkin hari ini hari terakhirnya bekerja. Naruto berencana untuk mengundurkan diri setelah salah satu puzzel yang ia cari tersusun. Dan, petunjuknya hanya ada pada Shin, ia harus bertemu lelaki itu setelah ini. Tapi, Shin belum menunjukkan tanda-tanda kedatangannya.

Pukul sembilan malam, minimarket mulai sepi pengunjung, Naruto dan Toneri duduk di bangku yang menghadap jendela, mereka meletakkan cup kopi masing-masing di meja depannya. Keduanya sama-sama meregangkan otot setelah selesai membenarkan letak-letak barang yang tidak sesuai pada raknya.

Apocryphal (end) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang