Ketigapuluh dua

161 23 6
                                    

Happy Reading ♡

Minggu pagi ini Naruto mendatangi sudut belokan tempat lampu jalan didekat rumahnya, tempat satu-satunya CCTV yang sama sekali tidak bisa ia buka

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Minggu pagi ini Naruto mendatangi sudut belokan tempat lampu jalan didekat rumahnya, tempat satu-satunya CCTV yang sama sekali tidak bisa ia buka. Seminggu ini ia telah mendatangi tempat-tempat yang bisa membuka rekaman CCTV tapi hasilnya nihil.

Pagi pukul 9 masih memberikan udara segar dengan angin yang sedikit lebih kencang. Pemuda itu memandang tempat CCTV itu diletakkan, ia yakin pasti ada sesuatu disini sampai-sampai begitu sulit untuk membukanya. Di dalam rumahnya ada tiga CCTV dan semuanya hilang fungsi, dan CCTV disekitar rumahnya sama sekali tidak menampakkan apapun.

Ia lelah, jujur saja. Memikul beban atas tuduhan pembunuh selama sepuluh tahun lebih. Tak lama ia memandangi dan menganalisa tempat itu, otaknya benar-benar tidak bisa berhenti berfikir bahkan saat tidur.

Getaran ponsel disaku celana pendeknya mengalihkan atensi Naruto, tertera nama Sasuke disana. Pemuda berkaos hitam itu menarik sudut bibirnya sebelum menjawab panggilan sambil berjalan pergi meninggalkan tempat.

Kamu dimana?” Tanya gadis itu memulai obrolan.

“Dirumah, sebentar lagi aku jemput ya. Toko buku biasa kan?”

Iya, yaudah hati-hati yaa..

“Siap, nona!” Setelahnya panggilan terputus, Naruto segera mengganti celana pendeknya dan mengenakan jaket hitam lalu mengambilnya motornya tanpa sadar ada Menma yang sedang mencuci mobil memperhatikannya.

Naruto keluar dengan motor hitamnya membelah jalanan kota menuju rumah Sasuke. Pikirannya tak henti-henti memikirkan bagaimana cara membuka rekaman itu, atau apakah ada bukti lain selain CCTV itu. Hal yang membuatnya tidak pernah tidur nyenyak selama sepuluh tahun ini.

Butuh lima belas menit untuk sampai ke rumah berpagar hitam Fugaku Amaris, ayah dari Sasuke Hala Amaris. Naruto memarkirkan motornya tepat didepan pagar, pemuda hendak berjalan masuk sebelum getaran diponselnya menginterupsi. Tanpa menunggu lama, pemuda itu menjawabnya dengan penuh harap. Yang menghubunginya ini adalah salah satu tempat yang ia minta untuk membuka rekaman ini.

Maaf, dek, memori card ini tidak bisa dibuka. Kuncinya sangat sulit untuk ditembus dan perangkat kami tidak sanggup.”

Tidak peduli sekeras apapun orang berusaha dan bertahan, beberapa hal akan tetap tidak ditakdirkan terjadi.

Panggilan terputus tanpa jawaban dari Naruto, itu adalah tempat terakhir yang ia kunjungi. Bohong kalau tidak besar harapan ia letakkan disana, memang benar, harapan begitu membunuh begitu tau ia kosong.

Suara pagar dibuka tidak membuat Naruto bergeming sampai seorang gadis berdiri dihadapannya menyentuh kedua lengannya.

“Nar, are you okay?” Sasuke bertanya khawatir melihat air muka Naruto yang tidak pernah ia lihat sebelumnya.

Apocryphal (end) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang