Kelima puluh tiga (end)

344 27 26
                                    

hai hai! hari ini Apocryphal ending ya 💐

bacanya pelan-pelan, dan selamat menikmati.

Happy Reading.

"Terimakasih sudah datang, walau tidak menetap."

-Sasuke Hala Amaris

Hari ini, sabtu sore tepat lima hari setelah Naruto dimakamkan suasana rumah Minato tampak sunyi, tidak ada orang berlalu-lalang dirumah itu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Hari ini, sabtu sore tepat lima hari setelah Naruto dimakamkan suasana rumah Minato tampak sunyi, tidak ada orang berlalu-lalang dirumah itu. Sara yang sekarang lebih sering melamun dan berdiam diri dikamar Naruto, tidak pernah seharipun ia lewatkan untuk membersihkan kamar anak itu, Sara akan memastikan kamar itu tetap hidup walau pemiliknya tidak. Sering kali wanita itu terduduk dipinggiran kasur dengan mendekap erat foto kesayangan yang membuat air mata kembali menganak Sungai dipipinya. Kini tidak ada lagi senyum menawan dari anak lelaki itu, tidak ada lagi tawa merdunya yang membuat Sara bahagia. Wanita itu merinduinya.

Menma mengintip dari celah pintu yang terbuka, pemuda itu tampak kusut dengan wajah sembab dan mata yang memerah. Niatnya ingin mengambil selembar foto Naruto karena ia tidak memilikinya. Bahkan, sebuah foto Naruto saja Menma tidak punya.

Lelaki itu menangis lagi didepan pintu, biasanya, dari tempat ia berdiri Menma bisa melihat Naruto sedang duduk dimeja belajarnya, ia bisa mendengar suara antusias anak itu ketika selesai mengerjakan tugasnya. Namun sekarang, hanya isakan yang terdengar setiap kali ia melewati kamar itu. Entah itu dari Sara, Roseline, bahkan dirinya.

Menma bergegas pergi dari sana, Ia harus ke suatu tempat. Sebelum pergi, Menma mendatangi kamar Roseline, dilihatnya sang nenek tengah meringkuk memeluk sebingkai foto berisi Naruto yang masih kecil. Roseline tidak berhenti meraung selama tiga hari, Perempuan renta itu meratapi kepergian Naruto. Seharusnya sore ini mereka janji untuk pergi berdua, tetapi kondisi grandma nya tidak memungkinkan. Menma diam menatap sendu punggung bergetar Roseline sebelum memutuskan pergi dari sana.

Jalanan kota tampak basah karena lagi-lagi kembali diguyur hujan, langit diujung sana tampak kelabu padahal ini waktunya senja. Menma melajukan mobilnya pelan, sesekali ia menoleh kesamping mengingat adiknya yang pernah duduk disana. Walau dapat dihitung jari, namun Menma tetap menangisi dan menyesalinya, kenapa tidak dari dulu ia memberikan tempat itu untuk adiknya, kenapa dulu tega sekali dia membiarkan Naruto berjalan kaki kesekolah. Menma menepi sebab tidak sanggup lagi menahan isakannya, sekujur tubuhnya melemas begitu ingatan kejam dirinya terhadap Naruto datang.

Maaf, maaf, maafin kakak, Na. Kenapa kamu nggak mau kasih kakak kesempatan? Ayo kita rayakan kepulangan kamu, bukan kepergian kamu.

Naruto bahkan telah pulang, tapi bukan untuk memeluk Menma, ia pulang ke pangkuan ibunya.

Menma mengatur nafasnya, menangis setiap hari membuat dadanya sesak sebab himpitan rasa bersalah juga penyesalan. Ia menenangkan diri dan mencoba untuk kembali menyetir, karena ada yang menunggunya.

Apocryphal (end) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang