Kedelapanbelas

385 44 18
                                    

Happy reading ♡

“Tadi telpon pakai handphone siapa?”Kakashi bertanya pada Naruto yang sedang berbaring disofa apartemennya dengan mata terpejam

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

“Tadi telpon pakai handphone siapa?”
Kakashi bertanya pada Naruto yang sedang berbaring disofa apartemennya dengan mata terpejam.

“Teman.” Jawab Naruto.

Kakashi diam, berfikir sejenak. “Punya teman?” Tanyanya. Naruto masih diposisi yang sama tapi kini dengan lengan yang menimpa menutupi mata.

“Enggak.”

Kakashi kembali diam, merasa ada yang aneh. Naruto memanglah pendiam, tapi kali ini berbeda. Nada yang digunakan anak itu jauh dari yang biasanya, terdengar datar dan dingin.

Kakashi mendekat ketempat Naruto dengan sesuatu ditangannya. “Ini kuncinya, motormu ada di basement paling ujung,” Kakashi meletakkan sebuah kunci motor dimeja.

“Dan ini, PIN nya tanggal lahirmu.” Lanjutnya meletakkan platinum card disamping kunci. Naruto yang sudah bangkit dari baringannya menatap satu-satu benda dihadapannya lalu beralih mengambil benda tipis yang ada ukiran namanya disana. Diusapnya pelan.

“Dulu, setiap bulannya, Nyonya San men-transfer uang kesitu dan berhenti sejak nenekmu dinyatakan meninggal, dua tahun lalu. Kau tahu, kan? Dan motor ini juga hadiah ulang tahunmu yang ke empat belas, hadiah terakhir darinya, kau juga tahu itu.” Jelas Kakashi yang diangguki Naruto.

Sandriana. Neneknya. Ibu dari Kushina yang telah dinyatakan meninggal setelah hilang dua minggu. Sandriana adalah satu-satunya keluarga yang masih menyayangi Naruto. Sejak usaha Restoran nya berkembang pesat, tak pernah absen dirinya mengirimi Naruto uang dan hadiah. Tanpa sepengetahuan Minato dan Roseline pastinya.

Sandriana pernah ingin membawa Naruto untuk tinggal bersamanya, tapi dilarang keras oleh Roseline sampai tidak lagi mengijinkannya untuk bertemu cucu-cucunya. Sandriana tahu perlakuan mereka pada Naruto.

Sandriana selalu mencari celah untuk bisa bertemu Naruto.

“Sayang, gimana sekolahnya?” Tanya Sandriana yang tengah memangku Naruto. Saat itu umurnya sepuluh tahun.

“Baik, Oma. Naru dapet nilai tinggi terus.” Naruto menjawab dengan semangat.

“Wah.. Pintar sekali cucu Oma. Nanti oma ajak jalan-jalan, ya.” Sandriana mengusap surai lembut Naruto.

“Beneran, Oma? Naru pingin banget. Soalnya udah nggak pernah diajak jalan-jalan lagi sama ayah.” Naruto menunduk dengan suara yang makin mengecil.

“Beneran, sayang.”

Saat itu Sandriana berjanji akan segera membawa Naruto pergi, namun na’as. Belum sempat wanita itu membawa cucunya, ia ditemukan tewas dipinggiran sungai setelah dua minggu hilang. Dan sampai sekarang Naruto tidak diberitahu dimana Sandriana dimakamkan.

Apocryphal (end) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang