Ketujuh

344 42 19
                                    

Haii!!
Bantuin koreksi typo ya:)
Happy reading ❤

Bagai syair lagu tak berirama. Kau dan aku tak bisa bersama. Selamat tinggal kenangan.

Selalu ada yang pertama kali dalam segala sesuatu… Termasuk gagal.

Ketika kamu sabar dalam menahan amarah, maka kamu telah menyelamatkan dirimu sendiri dari ribuan penyesalan. Jangan pernah merasa sendiri.

“Tunggu apa lagi? Lakukanlah.” Suara dengan nada rendah dari pria dewasa memecah keheningan yang sempat terjadi.

Tap

Tap

Tap

“Hah.. hah.. ja-jangan lakukan kak!”

“Kau ingin membuatnya menjadi tak punya ibu?” Pria dewasa itu menatap seorang gadis kecil yang berdiri didepan meja perlengkapan masak. Tangan kanannya menunjuk seorang bocah lelaki yang tengah mengatur nafasnya.

“Ti-tidakk!!” Gadis itu menggeleng ribut. Dengan bergetar ia arahkan tangannya untuk mengambil pisau dapur yang tergeletak.

“Lakukanlah, ibumu akan selamat.”

“JANGAN KAKK!! Jangan percaya dia! I-ibu akan baik-baik saja!” Teriak bocah lelaki itu. Gadis kecil yang diteriaki jatuh terduduk, tak sanggup menahan getaran tubuh dengan kaki yang lemas. Langsung saja sibocah lelaki berlari menghampiri kakaknya.

“Ja-jangan men-de-katt!” Suruh gadis kecil itu yang dihiraukan anak lelaki yang kini sudah berada didepannya hendak mengambil pisau ditangannya, namun ditahan hingga terjadi aksi tarik-menarik.

Sret

Sret

“Ugh..” Darah mengalir deras dari telapak tangan bocah lelaki akibat tersayat pisau karena berusaha merebutnya.

“Cepatlah nak..” Mendengarnya membuat gadis kecil itu semakin brutal mempertahankan pisau yang kini sudah berada tepat didepan dadanya. Anak itu semakin berontak secara kasar untuk mendapatkan pegangan pisau seutuhnya hingga..

Jleb

“Ah!”  Naruto terbangun dari tidurnya dan langsung terduduk. Wajahnya pucat dengan keringat yang membanjiri wajahnya. Matanya ia edarkan untuk melihat sekeliling. Ternyata kamarnya.

Pemuda itu menghela nafasnya, tangannya mengusap pelan wajahnya dan terhenti untuk memijat pelipisnya.

“Mimpi itu lagi.” Gumamnya pelan dengan kepala tertunduk. Tangannya masih setia memijat kepalanya yang semakin lama semakin bertambah pening.

Saat diperjalanan menuju rumah sakit tadi tiba-tiba saja ia tersadar dan ingin dirumah saja. Sara dan Kakashi menolak. Namun, Naruto tetap bersikeras dengan alasan kalau ia sudah baik-baik saja. Mereka pun pasrah dan membawa kembali Naruto pulang.

“Akhh..” Pekiknya tertahan. Kepalanya semakin sakit sekarang. Tangan yang semula memijat kini meramas kuat sebagian rambutnya dan tangan satunya ia gunakan untuk meremas sprai.

“Akhh.. hah.. hah.. ahhkk..” Naruto menutup mulutnya guna meredam pekikannya. Sungguh, kepalanya seperti ditusuk-tusuk sekarang. Belum lagi perutnya yang bergejolak seperti ingin mengeluarkan sesuatu. Ia harus kekamar mandi sekarang.

Dengan langkah tertatih juga sebelah tangan yang memegang dinding guna penunjuk jalan dan penopang tubuh lemasnya ia berjalan menuju kamar mandi.

“Uh.. uhuk uhk” Sampai dikamar mandi ia hanya terbatuk-batuk saja. Kepalanya pusing dan ia mual luar biasa. Menatap dirinya dicermin dan kaget melihat betapa pucatnya ia, lalu membasuh wajahnya dan menampung air untuk ia minum perlahan.

Apocryphal (end) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang