kedelapan

325 46 5
                                    

Happy reading ♥

Setiap jalan mempunyai ujung, begitu pula dengan hidup, punya ujung juga batas. Jangan terlalu memaksakan kehendakmu.

Damai suasana, sejuk udara, juga langkah kaki yang belum terlalu banyak. Jika begini, siapa yang tidak suka? Suatu kebohongan besar jika seseorang mengatakan tidak. Jangan mudah mengatakan karena gengsi yang besar, jangan berfikir jika kamu adalah satu-satunya orang yang hidup seperti ini. Jangan hanya melirik.

Baby, aku sudah sidepan.” Terdengar suara seorang pria dengan ponsel ditelinganya, sepertinya ia tengah berbicara dengan seseorang diseberang sana.

“…”

“Baiklah, sayang.” Ucapnya lalu memasukkan kembali ponselnya ke saku.

Beberpa saat setelahnya keluarlah seorang gadis yang memakai seragam yang sama, menghampiri pria itu.

“Neji, ayo.” Ucapnya ketika sudah berada disamping Neji-pria itu. Neji menoleh lalu tersenyum.

"Ayo baby..” ucapnya lembut, lalu menarik pelan tangan Gaara untuk dibawanya kepintu mobil dan membukanya, menuntun Gaara untuk masuk dengan sangat halus. Gaara yang diperlakukan seperti itu tersipu malu, pipinya memunculkan rona merah muda tipis.

Neji menutup pelan pintunya, lalu sedikit berlari menuju pintu kemudi. Mobil pun ia jalankan, selama perjalan masih hening yang bertahan. Tapi tangan mereka saling mengenggam, mereka bukan tipe yang banyak bicara dalam menunjukkan kasih sayang. Cukup dengan perlakuan, juga kebenaran cinta itu.

“Jii..” Gaara memanggil membuat Neji menoleh dan tersenyum sebentar padanya dan kembali focus menyetir.

“Kenapa hm?” Tanya Neji.

“Kemarin saat aku menemani ibu ke mall, kami melewati minimarket dan aku melihat Naruto disana, apa dia bekerja di minimarket itu?” Gaara mengatakannya tanpa melepas pandangannya dari Neji.

Neji kembali menoleh sebentar, “Aku.. tidak tahu sayang, yang kutahu hanya mencintaimu.” Neji terkekeh, sementara Gaara sudah memasang wajah kesal namun dengan pipi yang sedikit memerah.

“Aku serius Neji…” Rengek Gaara, lagi-lagi Neji tersenyum. Ia mengusa

Aku juga tidak tau sayang, nanti kita bertanya padanya ya.” Final Neji, Gaara hanya mengangguk.

***

“Bibi, Naru berangkatt.” Naruto mengatakannya dengan pelan, namun terdengar buru-buru. Ia juga hanya melambai pada Sara dan langsung berlalu melewati dapur.

“Sarapan dulu Naruu!” Suara Sara terdengar sedikit berteriak.

“Naru sudah telat Bii.”

“Jam berapa sekarang, apa tak sempat? Kau belum makan sejak kemarin Naruu.”

“Tidak Bii, Naru berangkat.”

“Hati-hati Naruto!”

Tidak mendapat balasan, karena Naruto sudah berlari keluar dan tidak
mendengarnya. Sara menghela nafas dan menggelengkan kepalanya “Benar-benar anak itu.” Ucapnya sedikit terkekeh lalu kembali menata makanan dimeja makan yang sempat tertunda. Tidak menyadari seseorang yang berdiri ditangga terakhir dengan ekspresi yang sulit diartikan.

Orang itu mendekat, suara langkah kaki yang terdengar membuat Sara menoleh. “Selamat pagi Tuan muda.” Sapanya ramah, yang hanya mendapat anggukan dari sang empunya.

“Dia..,” Ucapannya gantung dari Menma membuat Sara kembali menoleh. “Ada yang bisa saya bantu Tuan?” Tanya Sara ketika melihat ekspresi berbeda dari anak majikannya ini.

Apocryphal (end) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang