Kelimabelas

293 35 11
                                    


Happy Reading.
Feedbacknya yaa, vote&coment :)


“Apa itu benar, Gar?”

Gaara yang sedang meminum bobanya melirik kearah Kiba, kini mereka sedang berkumpul di cafe langganan.

“Soal apa?”

“Hinata, dia temanmu?” Kiba memperjelas pertanyaannya.

Neji merasakan bahu Gaara menegang, gadis itu tersentak. Neji yang berada disampingnya pun mendekatkan diri dan mengelus lengannya.

Gaara menunduk dalam menyembunyikan sorotan sendu matanya.

“Iya..” Lirihnya setelah hening beberapa menit.

“Awalnya, semua terasa abu-abu, aku bahkan tidak langsung mengenalinya” Gadis itu menghela nafasnya, Neji masih setia mengelus tangannya

“Aku jarang bertemu dengannya, bahkan aku tau dia sudah meninggal, kemarin, waktu aku nemuin diary lama yang ada tulisan namanya.” Gaara terisak, merasa jahat karena telah melupakan sahabatnya.

"A-aku.. padahal aku sangat ingin bertemu dengannya,” Dia terdiam sejenak, dadanya sesak, Neji menggenggam erat tangannya

“Tapi justru kabar kematiannya yang datang.” Lanjutnya menangis, Neji langsung memeluk erat gadisnya memebiarkan Gaara menangis dalam dekapan. Membisikkan kata-kata penenang agar kasihnya berhenti menangis.

Kiba dan Shikamaru mengangguk paham,

Memang menyakitkan kehilangan teman.

“Kau, percaya padanya, Ka?” Kiba beralih bertanya kepada Shikamaru yang kini menaikkan alisnya.

“Naruto.” Kiba kembali memperjelas. Shikamaru bergumam sebagai jawaban.

“Kau, yakin?”

“Entahlah, yang ku tahu, itu terjadi sudah lama. Kau sendiri?” Shikamaru menatap Kiba sambil mengunyah kentang gorengnya.

“Aku, semua masih abu-abu, tidak tahu dia benar atau bohong.” Kiba beralih mentap Gaara yang masih didekap Neji.

Setelahnya, suasana tampak hening, cafe juga sedang tidak ramai. Gaara sudah berhenti menangis, namun masih bersandar didada bidang Neji dan memainkan jemari besar lelaki itu.

“Agar tahu, harus dicari tahu, kan?” Kini, sontak semua pandangan tertuju kearah Shikamaru, pandangan bingung.

***


“Sas, jangan lewat situ.” Naruto menarik tangan Sasuke hingga menghadap kearanya.

Sasuke yang tak terima kemudian menghempas kasar pegangan Naruto terhadapnya

“Apa sih?!” Bentaknya.

“Jangan dari sini, ayo aku antar lewat jalan biasa.” Naruto kembali bersiap meraih tangan Sasuke

“Tidak, sial!” Namun, gadis itu berbalik hendak melanjutkan perjalanan tapi ditahan oleh Naruto

“Bahaya, Sas. Sepi, ngga akan ada orang yang lewat.” Jelas Naruto, Sasuke mendengus

“Mau membawaku kejalan raya? Lalu dengan mudah kau akan melakukan hal yang seperti dulu, ya? Brengsek!” Gadis itu meninggikan suaranya. Naruto menggeleng, Sasuke sungguh keras kepala.

“Bukan, Sas-

“Hei, hei, ada apa ini, berisik sekali?” Ucapan Naruto terpotong kala suara lain terdengar beserta kemunculan tiga pria bertato dengan botol minuman dimasing-masing tangan mereka, mereka mabuk.

Apocryphal (end) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang