Ketigapuluh tujuh

151 28 8
                                    

Happy reading

Perjalanan pulang Naruto di isi dengan tarikan di bibir tanpa henti

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Perjalanan pulang Naruto di isi dengan tarikan di bibir tanpa henti. Langkahnya ia bawa menyusuri blok-blok dengan tangan menyapa daun-daun pohon yang memagari. Ia sapa Pak Suma dengan sepenuh hati. Membuka pintu utama dengan hati yang senang sekali.

Naruto malam itu double senangnya.

Saat kakinya menginjak lantai pualam ruang tengah hal pertama yang dilihatnya adalah bagaimana Roseline berpegangan kuat pada tangga, dan sebelum wanita itu terjatuh Naruto berlari untuk menangkap tubuh yang hampir saja membentur dinginnya lantai.

Naruto merasakan panas pada tubuh yang kini ia topang. Neneknya tampak lemas dan dengan kernyitan yang kentara membuka matanya untuk melihat siapa yang memeganginya.

Roseline memberontak lemah begitu tau siapa orang itu. Mana sudi dia. Tapi, Naruto malah mempererat pegangannya bahkan sudah terlihat setengah memeluk.

Grandma demam, kalau ingin marah nanti saja saat sudah pulih.” Naruto yang terlampau mengerti sikap neneknya memilih berkata tegas walau rautnya khawatir sekali.

Naruto melihat ke atas memastikan seberapa jauh lagi untuk naik, Roseline sudah pasrah tidak melawan karena tubuhnya luar biasa lemas. Naruto memasukkan flashdisk yang diberikan Om Julian ke kantong celana pendeknya lalu membawa Roseline dalam gendongan. Sang grandma yang hendak protes kembali diam begitu Naruto menatapnya. Pemuda itu membawa Roseline sampai ke kamar wanita itu.

Tubuh yang ada didalam gendongannya ini lebih ringkih dari kelihatannya, Roseline tidak kurus, wanita itu tinggi dan berisi tapi saat ini Naruto yang tengah menggendongnya merasa kalau wanita ini kehilangan berat badannya cukup banyak.

“Grandma sering terlewat makan?” Batinnya tapi merasa rancu sendiri dengan kata-katanya.

Sampai di kamar Roseline, Naruto menidurkannya diatas kasur besar disana lalu menyalakan pendingin ruangan dengan suhu tinggi untuk menghalau udara pengap namun tidak terlalu mendinginkan. Kamar Roseline cukup berantakan, banyak kertas dan foto-foto berserakan di karpet berbulu dan Naruto yakin jendela besar kamar ini tidak dibuka cukup lama karena ruangan ini terasa pengap dan tercium aroma kertas usang.

Naruto menyentuh dahi neneknya yang setengah sadar, Roseline demam tinggi. Cepat-cepat anak itu keluar untuk mengambil kompresan serta mencari obat-obatan. Naruto menyusuri rumahnya, namun hanya sepi yang didapat. Kemana semua orang? Kemana Bi Sara? Menma? Ayahnya? Kenapa tidak ada satupun yang tau kondisi grandmanya.

Saat Naruto keluar dari dapur dengan membawa kompresan barulah ia berpapasan dengan Sara yang menatapnya kebingungan.

“Semua orang kemana, Bi?” Naruto bertanya lebih dulu yang dijawab Sara dengan sedikit berpikir.

“Tuan Minato pergi dari tadi sore, Tuan Sai belum pulang sejak tadi, Tuan Menma mungkin dikamarnya, dan Nyony-”

Grandma sakit, Bi, tadi mau pingsan di tangga. Ini aku udah bawa kompresan, bibi tolong siapin bubur ya.” Naruto menyela lalu menjelaskan dan diakhiri meminta tolong sebelum ia kembali melesat ke kamar Roseline meninggalkan Sara yang sedikit terkejut tapi mengangguk.

Apocryphal (end) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang