Ketujuhbelas

376 49 32
                                    

Makin sepi ya..

Makin sepi ya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Happy reading ♡

Malam ini akan menjadi malam yang panjang untuk Sasuke. Waktu sudah menunjukkan pukul tiga pagi tapi gadis itu tak kunjung bisa kembali tidur setelah mimpi tadi.

Sekarang Sasuke sedang berada dikamar Hinata, terduduk bersandarkan kepala ranjang. Pikirannya kemana-mana, bingung setengah mati dengan apa yang akan diperbuat.

Memaafkan, melupakan, dan mengajaknya bicara. Sangat mudah dikatakan namun sulit dilakukan. Sasuke belum siap, hatinya belum sanggup. Pikirnya.

“Sasuke..”

“Jangan salah paham..”

“Bukan aku, kasih aku kesempatan buat cerita, Sas.”

Bayang-bayang Naruto mengatakannya dengan wajah lelah memenuhi pikiran gadis itu. Semua terputar bagai kaset rusak.

“Sas.. Boleh aku tau makam Hinata dimana?”

“Hala.. Jangan begini, Kasih aku waktu buat jelasin.” 

Sasuke memejamkan matanya. Demi Tuhan semua datang menjadi bayang-bayang dikepala. Permohonan Naruto, penolakan darinya, dan perjuangan pemuda itu.

“Kamu baik-baik aja kan?”

“Pergi, sialan!”

“Maaf..”

“Maaf udah buat kamu kehilangan Hinata, maaf karena bukan aku yang diposisi itu, maaf masih muncul dihadapan kamu. Maaf, Sas.. Maaf karena aku masih hidup.”

Setetes air mata mengaliri pipinya, kenapa rasanya sakit mengingat kembali ucapan-ucapan Naruto?

“Gimana cara bikin kamu bahagia, Sas?”

“Mati saja.”

“Pembunuh, tetap pembunuh.”

Hiks

Sasuke terisak. Memegang dadanya yang terasa sesak, oksigen sekitarnya dirasa sangat tipis. Ingatan Naruto yang dituduh mencuri tiba-tiba muncul. Itu semua ulahnya.

“Sas, kamu baik-baik saja?”

“Sas, ma-maaf, pipi kamu berdarah.”

Sekarang Sasuke merasa dirinya sangat jahat. Kenapa harus kata-kata pedas untuk membalas permintaan Naruto? Air mata sudah menganak sungai mengaliri pipinya. Ingatan ini seakan tak mau berhenti membalasnya.

“Coba berdamai sama hati kamu dan Naruto. Dia juga nggak sepenuhnya salah.”

“A-apapun yang terjadi, jangan salahin Naruto, ya, kak.”

Apocryphal (end) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang