Keduapuluh

330 36 10
                                    

Happy Reading ♡
Maaf ngaret banget 😭 baru selesai uprak 😭🙏

*Baca chapter sebelumnya dulu yaa..





Tiga orang anak kecil berlari menuju pintu utama

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Tiga orang anak kecil berlari menuju pintu utama. Satu-satunya anak perempuan memimpin didepan diikuti 2 anak lelaki berbeda usia dibelakanganya.

Wajah ketiganya sumringah dan masih dengan kencang berlari, sedangkan dibelakang, wanita muda lari tergopoh-gopoh mengejar ketiga anak asuhnya.

Tak lama mereka sampai bersamaan dengan pintu utama yang terbuka.

“GLANDMAA!!” 

Satu-satunya anak perempuan memeluk erat wanita paruh baya yang kini berjongkok mensejajarkan tinggi mereka. Disusul kedua anak laki-laki yang memeluk sang nenek disamping kiri dan kanan.

“Kangen Grandmaaa.” Ucap si paling besar yang dihadiahi kecupan lama didahinya.

“Grandma bawa roti kesukaan kalian, nih!” Roseline mengangkat tangan yang membawa dua paperbag sedang, sontak saja Menma, Naruko, dan Naruto berjingkat kegirangan.

Roseline mengulurkan tangannya membagi roti yang tadi sempat ia beli ditoko langganan.

“Menma rasa pisang,” Menma menerimanya dengan senyum sumringah.

“Naruko rasa coklat,”

“Telimakasih Glandmaa.” Gadis kecil itu mengecup singkat pipi Roseline. Sementara Naruto tersenyum antusias menyambut gilirannya.

“Nih, kacang.” Senyumnya luntur kala Roseline memberi roti selai kacang yang jelas-jelas tidak disukainya.

“Nalu, suka stowbeli, Glandma.” Ujarnya menatap harap pada paperbag.

“Oh iya, Grandma lupa,” Roseline menatap kasian kearah Naruto yang menunduk.

Grandma-nya ini, sudah lima kali lupa.

“Kamu makan yang kacang dulu ya, nanti Grandma bawakin yang rasa Strowberinya.” Pinta Roseline lalu membawa Menma dan Naruko kedalam gendongannya untuk ia bawa ke ruang keluarga. Meninggalkan Naruto yang masih memandangi roti ditangannya.

“Tapi.. kata Ibu, Nalu alegi kacang.”

”

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Apocryphal (end) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang