Ke empat puluh sembilan

216 29 35
                                    

Happy Reading!

"Aku mau tinggal didunia yang ada kamunya."

🥀

Naruto dan Sasuke keluar dari gedung olimpiade dengan wajah yang sama-sama suntuk namun tidak luput dari itu ada kelegaan juga disana

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Naruto dan Sasuke keluar dari gedung olimpiade dengan wajah yang sama-sama suntuk namun tidak luput dari itu ada kelegaan juga disana. Akhirnya mereka bisa menyelesaikan olimpiade yang sudah dipersiapkan sebulan penuh.

“Huah.. akhirnya selesai juga.” Sasuke merentangkan tangannya menghalau penat dipunggung.

“Iya, ya.” Naruto mengikuti gaya Sasuke.

“Nggak usah begitu ih, lucu.” Sasuke tertawa melihat wajah memerah Naruto yang terkena sinar matahari.

“Habis ini mau kemana, Nona?” Tanya Naruto bergaya pelayan.

Sasuke meletakkan jarinya didagu. “Kunjungin Hinata yuk, pasti dia udah tenang juga sekarang.”

Naruto tersenyum lalu mengacak surai Sasuke. “Dengan senang hati, Nona. Sekalian mau ke makam Ibu juga.”

“Nah iya, aku mau kenalan sama mama mertua,” Sasuke semangat mengatakannya membuat Naruto sekali lagi mengusap gemas surai gadis itu.

Keduanya menuju motor Naruto yang terparkir dan Naruto menyodorkan helmnya kepada Sasuke. “Nih pakai lagi,” Naruto hendak memakaikannya ke kepala Sasuke.

“Kamu aja, Na, aku kan udah tadi pagi,” Tolak Sasuke.

“Kamu aja, Hala, ini udah siang, polusi makin banyak.” Perdebatan tadi pagi terjadi kembali, ini semua karena Itachi yang lupa membawa helm Sasuke.

“Kamu yang lebih besar risiko kena debu nya, Nar!” Bantah Sasuke ngeyel.

“Risiko kita sama, Sas. Tapi, kamu lagi nggak sehat jadi lebih rentan. Pakai ya?” Naruto memberi pengertian lagi.

Sasuke menggeleng. “Yaudah, sama-sama nggak pakai aja,” Jawabnya tidak mau kalah.

Naruto menghela nafasnya. “Sas.. Kamu mau aku balikin ke rumah sakit lagi? Kata dokter tadikan belum boleh pulang.” Pemuda itu  mulai melancarkan ancamannya membuat Sasuke cemberut.

“Paling bisa nih kalo soal ngancem.” Gadis itu mendekatkan kepalanya untuk dipakaikan helm oleh Naruto.

Pemuda itu tersenyum menang lalu memakaikan helmnya yang kebesaran dikepala Sasuke. Naruto mengusapnya sekilas. “Pinterr,” Pujinya tersenyum senang.

Sasuke memandangi senyum itu, indah sekali hari ini, sampai-sampai membuatnya tidak ingin berpaling sampai Naruto yang menyadarkannya.

“Ayo naik,” Ajak Naruto setelah menurunkan pijakan kaki untuk Sasuke dan setelahnya gadis itu naik.

Keduanya membelah jalanan kota setelah sebelumnya sempat membeli dua ikat bunga dipinggiran jalan terdekat. Mereka sekarang lebih banyak mengobrol, keduanya sama-sama menyembuhkan satu sama lain. Naruto menjadikan Sasuke rumah, begitu pula Sasuke yang menjadikannya obat.

Apocryphal (end) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang