Happy Reading ♡
Rintihan kesakitan menggema pada ruangan di lantai empat gedung lima tingkat. Cahaya kilat yang dihasilkan juga bunyi yang dikeluarkan dari alat setrum menjadi alunan mengantar teriak kesakitan seseorang disana. Beberapa pertanyaan dilontarkan dengan tajam yang dijawab berupa gelengan.
Lukas kembali menempelkan alat setrum ke leher orang yang selama ini ia cari, seseorang yang wajahnya tampil di CCTV tempo lalu. "Siapa bos nya?" Lukas kembali memberikan pertanyaan yang sama.
seseorang dengan bekas luka dimata kirinya yang sudah duduk lemas menggeleng lagi, lelaki itu Tengah bertelanjang dada menampilkan begitu banyak lebab tercipta disana. Sudah lima jam dia mendapatkan siksaan dari orang-orang berbaju hitam disini.
"Terlalu setia, ya?" Mark yang duduk diatas meja memainkan sarung tangan besi bekas memukuli pria yang mereka tahu bernama Hidan.
"Setia-setia tai anjing!" Harutala meludah tepat dimuka Hidan, lelaki itu memainkan pisau ditangannya.
"Kesetiaan diuji saat seseorang merasa takut," Ucapnya datar dan mulai menyayat perut Hidan. Teriakan menggema sekali lagi, hal itu membuat Harutala tersenyum senang.
"Mulai dari perut, dada, leher, dan terakhir kepalamu." Satu goresan terlukis memanjang di dada Hidan.
Darah segar yang mengaliri tubuhnya membuat Hidan lemas, pupilnya bergetar saat melihat ujung pisau yang dipegang Harutala menyentuh lehernya. "Darahmu banyak juga, tapi kalau begini terus mungkin paling lama 5 jam," Bisik lelaki itu.
Lukas dan Mark yang menyaksikan eksekusi ala Harutala hanya menikmati sambil menunggu penyiksaan yang tingkat keberhasilannya seratus persen. Teriakan dari Hidan cukup menyenangkan ditelinga mereka.
"Tidak ada yang tidak takut dengan kematian," Bisik Harutala lagi saat merasakan tubuh Hidan bergetar hebat karena ujung pisau mulai menembus lehernya.
"Siapa yang menyuruhmu?" Ujung pisau sudah cukup dalam menembus leher Hidan yang kini menggigil ketakutan karena merasa berada didalam kubangan darahnya sendiri, udara sekitarnya menyempit memperparah sesak didadanya, untuk sejenak Hidan tidak bisa bernafas dengan tubuh bergetar hebat.
"O-orang itu a-ada di SMA Asia," Tuturnya lalu pingsan. Harutala memberi senyum puas pada Mark yang kini mengambil air.
"Suruh Julian untuk menghubungi Naruto," Ucap Mark lalu setelahnya menyiram air ke wajah Hidan sampai lelaki itu sadar.
Lukas menepuk pundak Harutala yang sedang mengelap darah di pisau kesayangannya. "Bilang untuk datang malam ini," Pinta Lukas lalu kembali menghampiri Hidan setelah Harutala pergi dari ruangan yang sudah banyak menyiksa juga membungkam bajingan macam Hidan.
***
Naruto memandangi isi rumah yang kini menjadi tempat tinggalnya, hari ini tepat tiga hari ia meninggalkan rumah Minato. Naruto meletakkan kantung belanja keatas meja, pemuda itu menyusurui foto-foto berdebu yang terpajang disana, sudah lama sekali ia tidak kerumah mendiang nenek dan ibunya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Apocryphal (end)
Fanfiction[NARUFEMSASU] "Ada kalanya, seseorang pergi, namun takkan pernah pulang." -Apocryphal. "Kamu baik-baik aja, kan?" "Pergi, sial!" "Gimana cara bikin kamu bahagia, Sas?" lelaki itu menatap tepat pada mata gadis didepannya. "Mati saja." [BELUM DIREVIS...