12. Calon mantu

150 16 0
                                    

Happy Reading

🍀🍀🍀

Calon tunangan Haydan Acisclo? Mengapa ia terkesan begitu percaya diri?

“Kamu siapanya Haydan, ya?” tanyanya. “Oh, aku tahu, kamu pasti anaknya bi Asih. Iya, kan?”

Senyum kecil tercetak di wajahku. Caranya berbicara begitu angkuh, sama seperti apa yang disampaikan Nika dalam isi ceritanya.

Sesaat aku memandangi uluran tangannya, sebelum akhirnya aku membalas menjabatnya dan turut memperkenalkan diri. “Kamu salah besar. Aku bukan anak bi Asih. Ehm, mungkin, kamu belum kenal sama aku. Perkenalkan, aku Hafika Dinaya ....”

Aku menggantungkan kalimatku untuk beberapa saat sebelum kembali melanjutkannya. “Pacarnya Haydan Acisclo yang resmi, bukan calon-calonan.”

Entahlah, aku sendiri bingung, dari mana aku mendapatkan keberanian untuk berbicara seperti itu kepada gadis yang ada di depanku ini. Yang jelas, untuk saat ini, aku bersorak penuh kemenangan di dalam hati. Sebab, wajah Marinka yang seketika berubah drastis. Sepertinya, ia menaruh rasa kesal kepadaku karena dengan beraninya telah membalikkan ucapannya.

Marinka terdiam untuk beberapa saat. Berikutnya, ia kembali menampilkan senyum sarat maknanya. “Kamu pacarnya Haydan? Masa, sih?”

Aku lantas mengikuti arah pandangnya yang menatapku dari atas hingga bawah. “Sejak kapan selera Haydan berubah menjadi serendah ini?” ledeknya yang mampu membuatku terbawa emosi.

Aku masih mencoba untuk tenang dan tidak membalas ucapannya. Namun, ia seolah-olah ingin bermain denganku.

“Aku kasih tahu, ya. Haydan itu ganteng. Mana mungkin, gadis sejelek kamu jadi pacarnya,” ucapnya.

“Memangnya, ka—”

“Cukup!” Haydan menyela. Aku melihat lelaki itu berjalan mendekat, lantas berdiri di sebelahku.

“Rumah ini bukan tempat untuk membuat keributan. Kalau kamu mau ribut, jangan di sini. Lebih baik, kamu pergi dari sini, Mar!” usir Haydan dengan tegasnya. Aku mendongakkan kepalaku sedikit ke atas untuk melihat Haydan yang lebih tinggi dariku itu. Tatapan tajamnya ia berikan kepada Marinka.

“Kenapa kamu usir aku, Sayang?” ucap Marinka lantas menyentuh lengan Haydan.

“Jadi, kamu pikir, aku harusnya ngusir siapa? Ngusir Hafika gitu?”

Gadis itu tidak menjawab, melainkan sibuk menggelayut manja kepada Haydan dengan tatapan yang mengarah ke arahku. Mungkin, ia berniat membuatku panas.

“Gak usah sentuh aku, Mar!” Haydan berusaha melepaskan tangan Marinka dari tangannya. Tanpa kusangka, Haydan lalu merangkulku mendekat ke tubuhnya.

“Kok kamu gitu, sih, Sayang? Kita mau tunangan, loh. Kenapa kamu malah lebih milih ngerangkul dia?”

“Karena, Hafika ini pacar aku,” tegas Haydan yang semakin mengeratkan rangkulannya padaku. Tanpa lelaki itu sadari, ada detak jantungku yang berpacu berkali-kali lipat lebih kencang karena perbuatannya.

“Satu lagi, mulai sekarang, berhenti menyebut aku sebagai calon tunangan kamu. Pertunangan itu tidak akan pernah terjadi. Karena, sebentar lagi, aku akan memperkenalkan Hafika kepada papa.”

🍀🍀🍀

Awalnya, Haydan tidak berniat mengantarku. Lelaki itu meminta sopir yang tadi menjemput ke rumah kembali mengantarku pulang. Namun, karena hal tersebut diketahui oleh tante Lena, tante Lena menegur Haydan. Atas dasar itulah, dengan sedikit terpaksa ia mengantarkanku pulang.

Wheel of Life [ Completed ✔ ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang