52. Kado untuk Haydan

90 15 0
                                    

Happy Reading

🍀🍀🍀

Seusai kelas, aku segera mengirimkan pesan kepada Nika. Tak lama kemudian, mobil berwarna merah muda dengan plat kendaraan yang seingatku ialah mobil milik Nika berhenti di depanku saat ini. Aku tidak langsung bergerak, sebab takut salah menghampiri mobil itu. Hingga saat jendela mobil tersebut terbuka dan kepala Nika menyembul dari dalam, aku baru segera bangkit dari kursi halte kampus.

Aku membuka pintu mobil bagian belakang dan duduk di sebelah Nika.

"Kak Fika nunggunya lama, nggak?" tanya Nika sesaat setelah aku menutup kembali pintu mobil.

Aku menggeleng, kemudian tersenyum kecil. "Nggak lama, kok."

"Oke, deh. Pak Bagus, kita langsung ke mall aja, ya," perintah Nika kepada pak Bagus—sopir pribadinya—yang duduk di depan.

"Siap, Non Nika!"

Mobil milik Nika pun segera bergerak membelah keramaian jalan raya, mengantarkan kami ke pusat perbelanjaan terbesar yang ada di kota ini.

"Ngomong-ngomong, ulang tahun kamu dan Haydan nggak beda jauh, ya?" tanyaku.

Nika mengangguk. "Iya, nggak beda jauh, Kak. Makanya, pas itu, mama berencana buat adain pesta ulang tahun kami itu barengan. Tapi, akhirnya nggak jadi."

"Kenapa nggak jadi? Pasti seru kalau digabungin. Jadinya, ramai."

"Ramai, sih, ramai, Kak. Cuma nggak serunya itu nanti kadonya juga digabungin."

"Maksudnya?"

"Digabungin, Kak. Kayak misalnya pas itu, tante ngasi kado ke kami. Tapi, cuma satu. Pas kami tanya kenapa cuma satu? Tante malah jawab, kan ulang tahunnya barengan, ya, kadonya satu aja. Dibagi dua. Padahal, isinya itu handuk. Gimana mau baginya coba?" celoteh Nika yang sepertinya kesal.

Aku tertawa kecil. "Astaga. Kenapa malah kayak gitu?"

"Tante emang pelit, sih, Kak. Tapi, bukan cuma masalah kado aja. Pas itu, aku dan bang Haydan juga ribut masalah kue. Karena ulang tahunnya digabungin, jadi mama berencana cuma beli satu kue. Pas mama tanya mau kue kayak gimana, aku dan bang Haydan berbeda pendapat. Tahu sendiri, kan, cowok sama cewek pasti seleranya beda. Bang Haydan mau gambar mobil-mobilan, tapi aku maunya barbie. Jadi, kami saling debat satu sama lain, sampai mama akhirnya marah dan mutusin buat adain ulang tahunnya sendiri-sendiri."

"Astaga, kalian lucu banget, sih."

"Lucu apanya, Kak? Hampir tiap hari kelahi gitu. Aku rasanya pengin tenggelamkan bang Haydan di sungai amazon, biar dimakan sama piranha-piranha kelaparan," ujar Nika yang membuatku tertawa terpingkal-pingkal di dalam mobil.

🍀🍀🍀

"Kamu mau beli apa, Nika?" tanyaku seraya menoleh kepada Nika. Saat ini, kami baru memasuki area mall yang begitu megah.

"Nika sendiri juga bingung, Kak. Kakak ada saran, nggak?" tanya Nika balik. Ia memberhentikan langkahnya di tepi sebuah toko, yang membuatku juga ikut berhenti.

Aku berpikir sejenak mengenai saran kado yang bagus untuk Haydan. Kemudian, sebuah benda mendadak terpikir di kepalaku. "Jam tangan, gimana?" ujarku memberi saran.

Menurutku, jam tangan adalah kado yang paling lazim diberikan kepada seorang lelaki, namun hal tersebut tidak menghilangkan kesan berharga di dalamnya.

Lagi pula, menurutku nilai sebuah kado tidak dinilai dari sekadar betapa "pasarannya" kado tersebut atau barangkali harganya, melainkan dari ketulusan sang pemberi dalam memberikannya.

Wheel of Life [ Completed ✔ ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang