28. Ulang tahun Nika

86 14 0
                                    

Happy Reading

🍀🍀🍀

Saat ini, aku tengah berada di dapur bersama tante Lena. Ia mengajakku membuat kue ulang tahun bersama. Hari ini, Nika berulang tahun. Oleh karena itu, tante Lena berniat membuatkan putrinya itu surprise kecil-kecilan.

"Emangnya, Nika belum pulang sekolah, Tan?" tanyaku yang sedari tadi tidak melihat keberadaan Nika.

"Harusnya udah. Cuma, dia ada tambahan latihan dance di sekolah. Jadinya, pulangnya agak telat," jawab tante Lena.

"Wah, Nika ternyata hobi dance, ya, Tan?"

"Iya, Naya. Dari kecil, Nika emang suka sama dance. Makanya, om sama Tante kasih dia kebebasan buat ikut latihan dance di sekolahnya. Kadang-kadang juga dia latihan di sanggar sama teman sehobinya," tutur tante Lena yang membuatku terpukau.

Sedari dulu, dance adalah musuhku di pelajaran seni budaya. Aku bahkan masih ingat, aku pernah mendapatkan nilai yang begitu rendah saat ujian praktik dance kelas 6 SD dulu.

"Kamu udah biasa buat kue, ya, Nay?" tanya tante Lena seketika.

"Memangnya kenapa, Tan?"

"Tante lihat, pergerakan tangan kamu nggak kaku-kaku amat kayak pemula yang baru belajar buat kue," ucap tante Lena yang membuatku tersenyum kecil.

"Iya, Tan. Kebetulan, Buna jualan kue. Jadi, Naya sering bantuin Buna buat kue di rumah."

"Buna itu siapa kamu?"

"Eh, Buna itu panggilan khusus Naya buat mama Naya, Tan."

"Oh, mama kamu. Tante pikir siapa," ucap tante Lena tertawa kecil. "Jadi, mama kamu buat kue? Kue apa aja biasanya?"

"Banyak, sih, Tan. Tapi, kebanyakan kue tradisional. Kalaupun kayak kue ulang tahun, paling buatnya untuk ulang tahun saya atau Buna aja."

"Papa kamu, kemana?"

"Ehm, Ayanda udah nggak ada, Tan."

"Oh, maaf ... Tante lancang."

"Nggak pa-pa, Tan."

"Jadi, sekarang, kamu cuma tinggal berdua sama mama kamu?"

"Iya, Tan. Cuma berdua aja."

"Eh, iya, biasanya mama kamu jualan kuenya ke pasar, atau, gimana? Tante penasaran mau coba," ucap tante Lena yang terdengar antusias.

"Biasa Buna nitip ke warung-warung. Tapi, setahun belakangan ini, lebih ke nerima orderan aja, sih, Tan. Kayak yang mau arisan atau adain acara-acara kecil. Jadi, mereka biasanya langsung pesan ke Buna."

"Wah, kalau gitu, boleh kali, ya, nanti Tante coba pesan kuenya. Pasti enak."

"Siap, Tante."

Suasana kembali hening. Baik aku maupun tante Lena seolah kehabisan topik untuk melanjutkan perbincangan. Aku dibuat canggung dengan suasana seperti ini. Beruntungnya, itu tidak berlangsung lama, sebab kemudian tante Lena kembali berbicara.

"Kamu tahu, nggak? Tante kirain, kamu sama Haydan tuh udah putus, loh. Soalnya, pas Tante suruh Haydan bawa kamu ke rumah, ada aja alasannya. Ditambah lagi, beberapa hari ini, wajah Haydan kusut banget, kayak pakaian yang udah lama nggak disetrika," ucap tante Lena yang membuatku seketika merasa bersalah. Apa ini ada kaitannya dengan aku yang mendiamkan Haydan waktu itu?

"Ma, orang yang Mama gosipkan ada di sini, loh," celetuk Haydan seketika. Lelaki itu kini duduk di meja makan dengan earphone yang terpasang di telinga kirinya. Sementara yang satunya hanya dibiarkan menggantung begitu saja.

Wheel of Life [ Completed ✔ ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang