"Mas," gumam Alia dengan air mata yang sudah membasahi pipi.
Arga melonggarkan sedikit pelukannya dan mengusap pipi Alia dengan sebelah tangannya.
"Dear, muka kamu pucet. Kita ke rumah ya," ajak Arga dan dijawab gelengan kepala oleh Alia.
"Enggak Mas, aku udah enggak papa kok. Cuma rasanya dari kemarin pingin ada di dekat Mas aja," ujar Alia dengan suara pelan dan berhasil membuat tersenyum.
Mengusap pipi Alia dengan tangan kanannya sebelum memeluk lagi tubuh mungil itu.
"Tapi muka kamu pucet banget Dear dan aku khawatir. Udah pernah ke dokter?" tanya Arga yang dijawab sama oleh Alia.
Yaitu gelengan kepala membuat Arga menghela nafas kasar dan gusar. Ingin sekali ia memaksa Alia untuk mau ke rumah sakit tapi ia juga tidak ingin ribut lagi dengan Alia. Untuk malam ini mungkin benar, cuma ia yang Alia butuhkan.
"Aku udah baik kok sejak aku telpon Mas tadi. Aku juga mau kok ke rumah sakit tapi ini udah malam Mas. Aku pingin tidur dari kemarin-kemarin susah banget mau tidur Mas," kata Alia seolah mengadu dengan manja pada sang suami.
Sejenak mereka melupakan kejadian yang terjadi di antara mereka.
"Sekarang tidur ya,"
"Tapi boleh nggak kalo dipeluk sama Mas?" pertanyaan yang sebenarnya tidak perlu untuk dijawab.
Sejak kapan istri tidak boleh tidur di pelukan suaminya sendiri. Mengecup kening Alia lembut, Arga membawa tubuh Alia yang masih memeluknya erat untuk berbaring di atas kasur.
***
"Iya Ma, ini aku lagi sama Alia kok. Tapi dia masih tidur," kata Arga dengan sebelah tangan yang memegang ponsel di dekat telinganya.
Semenjak Alia pergi itu Rina dan Bima membawa Rara untuk tinggal bersama mereka dan kebetulan Rara juga tengah libur semester setelah ujian dan pembagian hasil ujian seminggu yang lalu.
Rina sengaja membawa Rara untuk tinggal bersamanya agar Arga bisa fokus untuk mencari Alia terlebih ia sudah mendengar semua dari Arga tentang kepergian menantunya itu.
"Jangan bohong kamu Arga, Mama tadi udah telpon Bik Imah dan dia bilang kamu aja enggak ada di rumah gimana bisa kamu bilang kalau kamu lagi sama Alia? Kamu mau coba bohongin Mama, iya? Pokoknya kamu harus cari itu menantu kesayangan Mama. Awas aja kalau enggak ketemu, Mama yang akan turun tangan buat cari istri kamu dan-"
"Tapi ini aku emang lagi sama Alia Ma, dan enggak harus di rumah kan buat sama istri," jawab Arga dengan lemas pada sang Mama yang langsung menyerbunya dengan berbagai kata dan tuduhan.
"Mama enggak percaya! Coba ganti ke video," pinta Rina dengan nada yang tidak bisa untuk dibantah sama sekali.
Mendengus pelan Arga mengganti panggilannya ke video call. Mengarahkan kamera ponselnya pada wajah Alia yang masih tertidur pulas.
Setelah dirasa Rina percaya baru ia menampilkan wajahnya sendiri pada layar ponselnya itu.
"Gimana Mama udah percaya?" tanyanya dengan wajah tidak bersahabat. Dan dibalas serupa oleh Rina.
"Iya, udah. Tapi kok Mama lihat Alia pucet banget ya Ga, dia sakit?" jawab dan tanya Rina pada anak tunggalnya itu.
"Iya Ma, kata Mbok Yem dari semenjak datang ke sini belum ada makan selain buah. Makanya lemes gitu," ujar Arga dengan wajah sedih.
Di sana Rina pun menghela nafas kasar dengan raut khawatir.
"Kamu bawa ke dokter Ga, kalo dia enggak mau telpon aja dokternya suruh datang ke sana," saran Rina yang langsung diangguki oleh Arga.
"Eunghhh," lenguh Alia.
Wanita itu mencoba membuka mata. Arga meletakkan ponselnya pada atas meja dan sengaja ia sandarkan pada vas bunga, agar tidak terjatuh. Ia arahkan depan ponsel yang masih tersambung dengan Rina melalui video padanya dan Alia.
"Dear," kata Arga sambil menyambut uluran tangan Alia.
Membawa wanita itu ke dalam pelukannya. Mengusap pipi Alia dan mengecup kening wanitanya itu.
"Mas Arga," ucap Alia juga.
Ia mengalungkan tangannya pada leher Arga dan mendekatkan wajah mereka. Kali ini bukan pipi atau keningnya yang menjadi sasaran Arga, tapi bibir mungil nan tipisnya yang sekarang pun tengah dinikmati oleh Arga.
"Astaga kalian ngapain?" pekik Rina.
Arga yang mendengarnya pun menggapai ponsel dengan sebelah tangan dan memencet tombol off hingga layar ponsel itu gelap. Bibirnya masih bermain dengan bibir manis sang istri. Ciuman yang begitu ia rindukan selama seminggu ini. Mereka sama-sama menutup mata menyalurkan rasa hangat dan mendamba.
"Non ... Ya ampun maaf-maaf, Mbok keluar lagi deh," pekik seseorang yang ternyata Mbok Yem.
Mendengar pekikan itu Alia melepaskan tangannya dari leher Arga dan mendorong pelan dada pria itu. Membulatkan matanya saat menyadari sebelah tangan Arga yang keluar dari dalam gaun tidur yang ia pakai.
Entah ia terlalu hanyut dalam permainan Arga atau Arga yang terlalu pandai membuatnya lupa daratan. Hingga tidak sadar sampai sejauh mana mereka melakukannya pagi ini.
"Mm ... Mas," gumam Alia pelan nyaris berbisik dan mungkin Arga pun tidak mendengarnya jika aja mereka tidak berdekatan seperti ini.
"Iya Dear? Kenapa mau lagi?" tanya Arga dengan lembut dan membuat Alia merona.
Wanita itu membuang mukanya. Arga tersenyum melihat rona mewah di pipi sang istri. Menarik lagi tubuh wanita itu dan mendekatkan kembali wajahnya hingga mata mereka saling menatap. Alia menahan nafas dan menutup matanya, desiran yang sejak hadir dari semalam semakin bertambah sampai saat ini."Ngapain merem? Aku cuma mau perbaiki ini. Sengaja enggak pake underware? Kalo nggak lagi sakit udah aku habisi kamu Dear," kata Arga berbisik di telinganya seraya menaikkan tali spageti gaun tidurnya yang melorot hingga ke lengannya. Membuka mata lantas langsung membola saat mendengar ucapan Arga.
"Huek," Alia menutup mulutnya saat rasa mual itu hadir lagi.
Ia buru-buru bangun dan langsung berlari ke kamar mandi diikuti Arga. Pria itu mengusap - usap tengkuk Alia.
Alia bersandar pada tubuh Arga sudah lemas dan tungkainya terasa tidak mampu menahan badannya."Udah?" tangan Arga merapikan anak rambut dari pipi Alia, menyelipkannya pada belakang telinga sang istri.
Menatap khawatir Alia yang kini menumpukan kepala pada pundaknya. Mendengar samar suara kecil Alia, Arga mengangkat tubuh mungil itu dan membawanya keluar dari kamar mandi.
"Aku mau cuci muka dulu Mas," kata Alia saat sudah di depan pintu kamar mandi.
"Tapi kamu lemas gini Dear, ayuk biar aku bantu lagi," Arga memapah lagi Alia masuk kamar mandi.
Setelah wanita itu selesai dengan segala hal yang berhubungan dengan kamar mandi baru mereka keluar dan Arga membantu lagi Alia untuk berbaring di atas ranjang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Duda Tampan (Tamat)
RomanceSEBAGIAN PART DIPRIVATE! FOLLOW AKUN AUTHOR DULU AGAR BISA BACA LENGKAP!!! Alia harus menahan pahit saat cintanya pada Arga, si duda tampan di awal pernikahan yang hanya bertepuk sebelah tangan. Segala cara ia tempuh agar Arga mau menatapnya sebaga...