Enam Puluh Sembilan

10.5K 601 20
                                    


Kita ngebut ya. Maaf kalau para readers nggak nyaman karena baca cerita ini terus.

Aku mau buat karya baru, jadi ini diselesaikan dulu. Pastikan udah pada follow ya agar tidak ketinggalan info/notifikasi cerita baru.

***

"Sah,"

Ucap semua orang yang ada di sana, tepatnya di kediaman Alvan.

Ini adalah hari yang mereka nanti - nantikan. Alvan sekarang sudah sah menjadi suami bagi Risa. Begitu pun sebaliknya, Risa menjadi istri bagi Alvan.

Semua yang ada di sana tersenyum bahagia. Alia duduk di samping Risa, dan mengelus pundak Risa. Ikut merasa bahagia atas apa yang Risa rasakan. Setelah semua mengaminkan doa yang dipanjatkan oleh penghulu, Risa menyalami Alvan dengan mencium tangan pria itu. Sebagai balasannya Alvan mengecup kening Risa dengan lembut.

"Selamat, ya Risa. Semoga kalian jadi keluarga yang sakinah, mawaddah, dan warahmah," ucap Alia seraya mengecup pipi Risa.

"Aaminn, makasih Mbak," kata Risa.

Pernikahan Risa menang digelar sederhana dan Risa juga memberitahukan kepada orang yang sudah membesarkannya. Ayah dan ibunya juga turut hadir, meski mereka akan kembali setelah acara ini karena ada urusan dengan perkebunan mereka. Sebenarnya mereka marah pada Alvan yang menyebabkan Risa hamil dan berujung mereka mengusir Risa dari Bandung. Tapi kini mereka ikut bahagia melihat Risa akhirnya bisa mendapatkan cinta dengan ayah dari anak yang ia kandung.

Setelah Risa dan menyalami semua orang tua yang ada di sana, Risa dan Alvan berdiri dan menyalami semua tamu undangan yang hadir, meski hanya pernikahan yang sederhana tapi banyak dari teman-teman bisnis orang tua Alvan yang turut hadir.

"Mas, aku capek banget. Kakinya pegel, mau duduk tapi susah." Risa berujar dengan manja pada Alvan.

"Kita istirahat di kamar aja, yuk."

Alvan menggandeng Risa menuju kamar mereka. Karena menurutnya semua tamu sudah mulai berpulangan, hanya masih ada Alia dan suaminya, Arga. Serta orang tua Risa.

***

Risa membuka pintu kamarnya setelah beberapa jam istirahat.
Ia lihat di sofa sudah ada orang tuanya. Dengan langkah anggun Risa mendekati keduanya. Ia langsung memeluk sang ibu dan ikut duduk di sofa. Risa duduk di tengah antara ayah dan ibunya.
Buk Nining membelai lembut pipi Risa dan tersenyum pada wanita yang pernah ia rawat.

"Nak, kamu udah tau semua. Maafkan Ibuk yang selama ini menyimpan semua rahasia yang sangat besar tentang kamu. Mungkin dengan begitu kamu bisa lepas dari hidup yang sengsara dengan kami. Mungkin kami hanya boleh bersama kamu sebentar Nak, maafkan Ibuk dan Ayah. Kami menyayangimu layaknya anak kami sendiri."

Buk Nining mengusap air matanya. Ia kecup kening Risa dengan sayang.

"Maaf kalau selama bersama kami, kamu hidup dalam kesusahan dan jauh dari kata bahagia. Tuhan tau isi hati kamu, Nak. Maafkan Ayah yang udah pernah berkata kasar bahkan mengusir kamu dari rumah waktu itu," sambung Pak Man.

Ia juga mengelus punggung Risa dengan lembut. Risa mengangguk saja dengan sesekali menyeka ini matanya.

"Maafkan Risa juga Buk, Yah. Risa belum bisa jadi anak yang baik buat kalian. Meskipun Risa terlahir bukan dari rahim Ibu, tapi aku dibesarkan oleh kalian dengan penuh sayang,"
balas Risa dengan linangan air matanya.

"Terimakasih Ibuk dan Ayah udah mau datang ke pernikahan Risa, maafin Risa karena udah pernah buat Ibu dan Ayah merasa malu,"

"Iya Nak. Kita sama-sama minta maaf, oh iya. Ibu ada sesuatu untuk kamu," kata Buk Nining.

Wanita berkulit sawo matang itu membuka tasnya yang tampak lusuh dan mengeluarkan sebuah kalung dari sana.

Kemudian mengambil tangan Risa dan meletakkan kalung itu di sana. Kalung yang indah dan ada huruf sebagai liontinya. T, huruf yang membuat kening Risa mengerut.

"Ini apa Buk? Ibuk bawa kalung ini dari mana?" tanya Risa dengan suara yang pelan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Ini apa Buk? Ibuk bawa kalung ini dari mana?" tanya Risa dengan suara yang pelan.

"Biarin Ibuk cerita ya sayang. Dulu Ibuk melewati sebuah sekolah yang sudah sangat sepi, hanya ada satu anak yang berseragam di sana. Anak itu berlari ke arah badan jalan tanpa melihat kiri kanan dan naas ada sebuah mobil yang lewat. Kejadian yang tidak diinginkan itu tidak bisa untuk dielakkan lagi. Anak kecil itu tertabrak dan pembawa kendaraan itu lari tanpa mau bertanggung jawab. Ibuk yang menolong anak itu membawanya ke rumah sakit dan saat anak itu sadar ternyata ia lupa ingatan. Ibuk yang waktu itu tidak punya anak akhirnya membawanya ke Bandung untuk Ibu rawat,"

Tangis Risa pecah saat mendengar cerita singkat ibunya yang bahkan belum selesai. Tanpa diberitahu pun ia tahu siapa anak itu. Ia bisa menebak itu adalah dirinya.

"Anak kecil itu aku Buk?" tanya Risa dengan isak yang tidak bisa ditahan. Buk Nining mengangguk pelan.

"Iya, karena kamu waktu itu nggak tau apa-apa. Ibuk kasih panggil kamu dengan nama Risa. Nama kamu yang sebenarnya adalah Titania Marissa, Ibuk baca dari buku sekolah kamu waktu itu. Kalung ini sengaja Ibuk simpan, karena kamu suka sakit kepala saat lihat kalung ini. Sekarang pun Ibuk yakin kalau kamu belum ingat tentang semuanya Sayang, Ibuk sadar kalau kamu bukan milik Ibuk. Kamu pake i ... Risa!"

Buk Nining dan Pak Min berteriak. Risa yang awalnya memijat kepala karena sakit kini sudah tidak sadarkan diri. Ia bersandar pada tubuh Buk Nining.

Duda Tampan (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang