Vote, komen, and follow!
_Mentarii
Kalau banyak yang follow, aku up lagi.
Follow dong guys.Alia sedang memainkan ponselnya di tempat tidur. Melihat foto bersama sang suami yang beberapa ada dalam galerinya. Alia jadi merindukan suaminya itu, pikirannya seolah mengintruksi pada jemarinya untuk melakukan panggilan pada Arga. Mencari kontak sang suami, Alia mendekatkan sedikit ponselnya pada telinga. Menunggu panggilan tersambung.
"Halo Dear,"
suara Arga yang ia rindukan menyapa telinganya.
"Mas, kapan pulang aku kangen," kata Alia tidak lupa dengan suara manjanya.
Alia merebahkan dirinya di bantal dan sambil mengusap calon anaknya dan Arga.
"Kangen? Nanti deh makan siang aku pulang. Mau dibeliin apa?" kata Arga, bibir Alia tidak bisa ia tahan untuk tersenyum.
"Aku pingin makan bakso pake sosis yang di dekat sekolahnya Rara deh Mas."
"Nanti aku beli, ya."
"Serius Mas beli ke sana? Mas nggak capek pulang ngantor langsung ke sana?"
"Ya enggak lah Dear. Orang ini demi istri dan anak aku juga,"
"Em, kan jadi makin kangen. Aku perlu dandan nggak pas Mas pulang?"
"Ngapain dandan, kamu udah cantik banget. Nggak usah dandan Dear, nanti aku pulang bareng Alvan. Dia mau numpang makan, maklum belum ada bini jadi gak ada yang siapin,"
"Kamu juga yang siapin Bik Imah, loh. Aku malas bangun Mas, kangen sama Mas Arga jadi bawaannya pingin di kamar aja,"
Arga tersenyum mendengar sengaja ocehan Alia. Dia menelpon sambil fokus pada laptop. Alvan sudah pergi dari ruangannya sepuluh menit yang lalu.
"Nggak papa. Bik Imah, kan tau makanan kesukaan aku. Kamu cuma mau bakso aja? Enggak mau yang lain?"
"Enggak Mas itu aja. Udah dulu ya Mas, aku pingin ke kamar mandi bentar."
"Ngapain?"
"Perlu di jelasin ke kamar mandi ngapain?"
Arga terkekeh mendengarnya. Alia mematikan sambungannya.
***
"Ini bunga dari siapa Mbok?" tanya Risa pada Mbok Yem saat melihat ada sebuket rangkaian bunga di atas meja. Mbok Yem tersenyum dan mendekati Risa. Mengusap bahu Risa pelan.
"Itu dari Den Alvan. Temennya Den Arga, katanya buat kamu Ris," jawab Mbok Yem.
Dahi Risa langsung berkerut mendengarnya.
"Kok dia ngasih aku bunga ya Mbok?" tanyanya heran.
Mbok Yem yang juga tidak tau mengedikan bahunya.
"Permisi," ucap seseorang dari balik pintu utama yang masih terbuka.
Mbok Yem dan Risa secara bersamaan menoleh pada pintu. Mbok Yem tersenyum pada orang yang berdiri di sana, beda dengan Risa yang menatap heran orang yang menatapnya. Lalu ia melangkah pada pintu dan berdiri tepat di depan orang itu.
"Mas Alvan?" katanya.
Alvan langsung tersenyum sumringah mendengar panggilan wanita itu untuknya. Matanya menatap Risa yang ternyata juga menatapnya. Menatap intens langsung pada manik mata masing-masing. Alvan merasa tatapan menenangkan dari mata Risa sedangkan wanita itu merasakan ada pancaran yang sulit untuk ia mengerti arti dari tatapan Alvan padanya.
"Kok malah tatap-tatapan di depan pintu Ris, Den Alvan suruh masuk aja. Kalian ngobrol di dalam."
Mbok Yem menyadarkan keduanya. Risa tersipu malu sedangkan Alvan menggaruk sedikit tengkuknya yang padahal tidak gatal.
"Ayo masuk dulu Den, kebetulan cuma ada Mbok sama Risa di sini. Non Alia dan Den Arga udah balik ke rumah mereka."
Mbok Yem mempersilahkan Alvan untuk masuk, menyenggol pelan lengan Risa yang berdiri tepat di pintu agar menggeser sedikit tubuhnya. Risa pun menggeser, memberi ruang agar Alvan bisa masuk.
"Iya, Mbok. Saya juga ke sini mau ketemu Risa, kok."
Alvan berujar sambil bergerak masuk dan mendahului Risa. Ia berjalan beriringan dengan Mbok Yem ke arah sofa ruang tamu.
"Aku?" tanya Risa saat sudah duduk di sofa dekat Alvan.
Sedangkan Mbok Yem pamit ke belakang. Ingin membuat minum untuk Alvan tapi di tolak lelaki itu dengan sopan.
"Iya," jawab Alvan santai.
Ia perhatian Risa dari atas sampai bawah. Dalam keadaan duduk seperti ini Risa perut Risa tidak jelas ia lihat tapi ia tahu wanita itu hamil terlihat dari bentuk tubuhnya yang beda dengan wanita tidak hamil.
"Mau ngomong apa Mas?" tanya Risa
lagi.Ia heran saja mengapa pria itu tiba-tiba ingin bertemu dengannya dan dengan wajah yang serius. Bunga yang tadi ia pegang, Risa letakkan pada meja depan sofa. Lebih m perhatian si pemberi bunga.
"To the point aja. Aku suka sama kamu Risa, dari awal aku lihat kamu," kata Alvan tanpa aba-aba.
Sudahkah aku bilang jika Alvan tidak suka dengan basa basi. Alvan tipe orang yang jika berbicara, ia akan berbicara langsung pada intinya.
Risa menatap tidak percaya pada Alvan. Beberapa kata yang keluar dari bibir Alvan yang nyaris tidak ada kesan manis sedikit pun, tapi mampu membuat desakan jantung Risa tidak menentu. Aliran darahnya pu terasa tidak seperti biasa. Ada rasa senang yang menyelimuti hatinya mendengar Alvan berkata seperti itu.
"Mas Alvan ngomong apa sih? Ngaco deh," kata Risa berusaha untuk tidak terlalu percaya diri dulu.
Karena mungkin saja ia salah dengar atau Alvan yang hanya salah bicara.
"Aku serius,"
"Hah? Mas, tapi aku-"
"Aku nggak minta kamu jawab. Aku juga tau kamu mana mungkin suka sama aku. Aku bilang kaya gitu karena aku mau kamu tau, biar besok atau lusa aku ke sini lagi kamu nggak nanya apa alasannya."
Alvan langsung memotong ucapan Risa. Ia lihat Risa yang tampak syok mendengarnya. Alvan menang menyukai Risa bahkan tanpa tau Risa hamil pun.
"Mas, tapi sekarang aku lagi hamil," ucap Risa.
Entah mengapa ia berkata seperti itu pada Alvan. Risa tidak ingin Alvan nanti menyesali perasaannya. Alvan harus tau kondisi tubuhnya dan Risa rasa tidak masalah jika memberitahu perihal kehamilannya pada Alvan.
"Gimana bisa Mas suka sama wanita yang lagi hamil anak dari lelaki lain," sambung Risa.
"Berarti kamu udah punya suami?"
Hayook part 56-58 udah ada di karyakarsa ya..
KAMU SEDANG MEMBACA
Duda Tampan (Tamat)
RomantizmSEBAGIAN PART DIPRIVATE! FOLLOW AKUN AUTHOR DULU AGAR BISA BACA LENGKAP!!! Alia harus menahan pahit saat cintanya pada Arga, si duda tampan di awal pernikahan yang hanya bertepuk sebelah tangan. Segala cara ia tempuh agar Arga mau menatapnya sebaga...