Sore ini, gumpalan awan hitam terlihat memenuhi langit-langit kota. Hanya menunggu beberapa detik lagi, hujan akan turun dengan derasnya. Angin semilir masuk melalui celah-celah ventilasi kamarku. Sejak kecil, aku sangat menyukai hujan, cuaca mendung dengan rintik hujan sangatlah menyejukan.
Sore ini, aku ada di tempat baruku. Mau tidak mau aku harus ikut mama dan papa ke kota yang baru ini, lebih tepatnya karena papa pindah pekerjaan di tempatnya yang baru.
Besok hari pertama aku masuk sekolah, kelas XI. Aku sama sekali tidak mengenal siapapun di sana. Liburan yang cukup panjang, aku habiskan lebih banyak di rumah.
Sesuai dengan perkiraanku, hujan mulai turun rintik-rintik, semakin lama semakin deras. Sesekali terdengar gemuruh petir, tapi tidak terlalu besar.
Kubuka jendela kamarku, jendela ini mungkin akan menjadi tempat favoritku memandang hujan. Terletak di samping meja belajar.
Kamarku ada di lantai atas. Jadi, aku leluasa memandang hujan yang turun dengan derasnya. Di bawah sana terlihat beberapa kendaraan berlalu lalang, bergegas menghindari terpaan air hujan.
"Avaa!" Terdengar teriakan mama dari dapur.
"Iya maa."
"Bantuin mama masak Va! Bentar lagi papa pulang!" Teriak mama satu kali lagi.
Aku harus bergegas turun ke bawah. Jika tidak, mama akan mengomel sepanjang memasak.
Sesampainya di dapur, mama langsung melemparkan celemek dan langsung menjelaskan apa saja yang harus aku lakukan.
"Kamar udah diberesin kan Va? Buku-buku sekolah jangan lupa ditata rapi, besok kan hari pertama kamu di sekolah yang baru." Mama berbicara sambil tangannya terus lincah mengiris bawang.
" Sudah ma... Jangan cemas."
" Kali ini hujan deras sekali ya Va."
Belum sempat aku menjawab, terlihat kilauan petir yang datang menyambar, membuat sekitar kami terang seketika, dan suara yang sangat bergemuruh. DUARRRRRR!!!!
Mama berteriak kaget sambil menutup kuping, aku juga refleks berteriak dan disaat aku berteriak, gelas besar yang tergantung di rak piring seketika terjatuh dan pecah, itu menambah kepanikan kami. Jantungku berdetak tidak beraturan. Aku berusaha mengendalikan kecemasanku, karena aku tahu ini akan berdampak serius dan sekaligus menunjukan hal-hal ganjil yang ada dalam diriku.
Entah ini apa, akupun tidak bisa menjelaskannya. Ketika aku panik dan terkejut, secara tiba-tiba benda-benda di sekitarku dapat terjatuh, terbanting, dan bisa juga pecah, seperti kejadian yang tadi. Aku awalnya tidak mempercayai ini, tetapi kejadian itu selalu ada jika aku merasa terkejut karena panik. Mungkin mama tidak menyadarinya, mama pasti berfikir bahwa gelas yang pecah itu karena getaran saat petir datang, tapi aku yakin, gelas itu pecah karena aku terkejut dan panik. Aku tidak tahu ini kekuatan atau bukan, tidak bisa dijelaskan dengan akal sehat. Aku memutuskan untuk menyembunyikan hal ini kepada siapapun.
Setelah beberapa saat, untunglah tidak ada lagi petir dan hujan pun mulai reda. Mama mulai melanjutkan memasak dan malahan menyuruhku untuk mandi saja. Aku bergegas naik ke atas dan segera mandi.
☁☁☁

KAMU SEDANG MEMBACA
DI BALIK LUKISAN
Novela Juvenil"Ava!! kamu punya kekuatan!" Seru Javas. Aku menatap kedua telapak tanganku dan rasanya tidak mungkin kekuatan itu berasal dari tanganku. Aku menggeleng ke arah Javas sambil mengerutkan dahiku. "Aku tadi melihat cahaya biru keluar dari tanganmu Va...