4. Bukan Darwin

527 65 9
                                    

Tolong bantu cek typo ya. Jangan lupa vote dan comment. Jangan lupa follow akun wattpadku juga. 

Happy reading...

💗💗💗









Violyn ketakutan sampai wajahnya pucat. Tangannya gemetaran melihat boneka itu. Ada titik-titik keringat bening di pelipisnya. Sorot matanya mendadak kosong. Alfa menepuk pundak Violyn pelan. Cewek itu kalau ketakutan terlihat sangat berbeda dengan Violyn si angkuh.

"You okay?" tanya Alfa memastikan. Karena jujur saja ia tetap tidak tega melihat Violyn ketakutan seperti ini meski Violyn sering berkata kasar kepadanya. Sayangnya Violyn tidak menjawab.

"Boneka apaan sih, ini? Serem amat." Adien mengambil boneka itu lalu membuangnya ke tempat sampah bersama selembar surat atas nama Keisha tadi.

"Vio? Lo baik-baik aja, kan?" tanya Alfa sekali lagi.

Violyn hanya mengangguk lemah. Alfa membantunya bangkit dari posisi jongkoknya. Agak canggung ketika harus memegang tangan Violyn. Untung Alfa tidak tertarik dengan cewek angkuh itu.

"Makasih," kata Violyn lirih.

"Lo pulang sama siapa?"

"Dijemput sopir," jawabnya singkat.

"Oke kalau gitu. Lo abis ini istirahat aja. Lupain yang tadi." Alfa mencoba menenangkan Violyn. Untungnya gadis itu tidak memberontak.

Alfa dan Adien terpaksa mengikuti Violyn sampai ke halte sekolah menunggu sopirnya datang menjemput. Alfa juga yang membawakan tas Violyn. Matanya tertarik pada bordiran tulisan di totebag milik Violyn. Itu sih angka perbandingan hukum mendel 2. Tidak lama kemudian sebuah mobil Alphard datang. Violyn langsung masuk ke mobil itu tanpa pamitan sama Alfa dan Adien.

"Gila, siapa yang ngirim boneka kayak gituan," gumam Alfa.

"Lo jangan heran, Al. Di sini banyak yang nggak suka sama cewek bar-bar macem Violyn. Saking aja nggak ada yang berani ngelawan secara langsung di depan dia. Apa pun yang terjadi Violyn itu nggak akan pernah salah di sekolah ini. Peraturan sekolah nggak berlaku buat dia."

"Lo tahu sesuatu tentang dia?"

Adien menggedikkan bahu. "Dia orangnya tertutup banget."

"Ya udah lah. Gue pulang dulu. Udah mau maghrib, nih. Nyokap gue pasti bakal khawatir kalau gue nggak pulang-pulang."

"Dasar anak mama," ledek Adien yang kemudian mendapat jitakan dari Alfa.

***

Adien dengan jelas melihat cewek berpakaian crop top dengan mini skirt itu meliuk-liuk di atas dance floor. Suara gaduh musik yang dibawakan DJ semakin membuatnya on fire. Bukan rahasia lagi bagi Adien untuk tahu siapa sebenarnya Jesselyn yang terkenal pendiam dan rajib belajar di sekolah. Siapa pun pasti menganggapnya sebagai anak baik-baik yang tidak pernah tahu dunia malam.

"Jess?" panggil Adien ketika beberapa pria menghampiri Jesselyn.

Jesselyn tidak merasa risih sekalipun bahunya dirangkul oleh salah satu pria di club itu. Maklum saja separuh jiwanya sudah melayang akibat pengaruh alkohol.

"Don't touch her!" gertak Adien pada pria yang merangkul pundak Jesselyn.

"Siapa lo?"

"Gue cowoknya," jawab Adien.

"Shit!" umpat pria itu. Satu tonjokan lantas mengenai sudut bibir Adien.

Tidak mau kalah, Adien menyerang balik si pria berengsek itu. Adien mengurungnya di lantai. Tinjunya mengayun berkali-kali ke wajah si pria itu. Hingga akhirnya orang-orang melerainya. Kesadaran Jesselyn yang sempat hilang separuh akibat alkohol perlahan mulai terkumpul kembali gara-gara perkelahian itu. Ia mulai panik ketika melihat Adien semakin menjadi-jadi.

Extraordinary MendelianTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang