Holaa!!!
Akhirnya aku update juga setelah bertapa sekian lama bertapa. Iyes, aku bertapa buat persiapan OSN alias olimpiade sains nasional. Hahaha
Jangan lupa vote dan komen ya. Jangan lupa follow akun wattpadku.
Wahai para readers yang belum follow, semoga kalian diberi hidayah untuk mem-follow akun wattpadku. Hehe...
Happy reading...
🍓🍓🍓
Menegangkan, kata itulah yang tepat untuk menggambarkan suasana di ruangan sore ini. Suhu ruangan mendadak jadi sangat panas hingga membuat kening Violyn berkeringat deras. Belum lagi ekspresi wajah Bu Ivony yang terlihat menakutkan. Garis-garis wajah wanita berusia 20 tahunan akhir itu sangat jelas menggambarkan kemarahan. Baru kali ini Violyn menangkan eskpresi menakutkan seorang Bu Ivony. Padahal selama ini Bu Ivony terkenal sabar sekali, disamping cara mengajarnya yang enak dan gampang dimengerti oleh siswa-siswa kelas Mendel. Baru kali ini Violyn melihat sisi lain dari seorang Bu Ivony si guru biologi jenius SMA Cakra Buana.
Bu ivony menatap Violyn penuh intimidasi. Tatapan itu sangat menusuk dalam. Jantung Violyn berdegup lebih kencang karena tatapan mengerikan itu. Kecurangannya sudah terendus. Kesalahan fatal ini bisa membuatnya gugur sebelum berperang di GSO. Selain itu, hal terburuk yang bisa menimpa Violyn adalah dikeluarkan dari SMA Cakra Buana. Itu sama saja mimpi buruk. Jika Violyn dikeluarkan dari sekolah elit yang terkenal sebagai penghasil siswa berintelektual tinggi, maka masa depan Violyn akan hancur. Drop out dari sekolah terbaik di Indonesia sama saja mencoreng nama baik keluarganya. Dia akan semakin tidak dianggap jika keluar dari sekolah ini.
“Ibu tanya sekali lagi ke kamu? Apa benar kamu dapat kunci jawaban?” cecar Bu Ivony sekali lagi dengan nada yang lebih tegas. “Tolong dijawab, Violyn!”
“Tidak, Bu. Saya mengerjakan sendiri,” jawab Violyn berusaha selugas mungkin agar Bu Ivony yakin dengan jawabannya. Kalau dijawab dengan nada ragu dan terbata, guru jenius sekelas Bu Ivony tidak akan percaya begitu saja. Bu Ivony sangat mengutamakan logika di atas segalanya. Beliau memang freak saking lurusnya.
“Kalau kamu jujur, tidak mungkin kamu menuliskan jawaban yang tidak berhubungan dengan soal. Jawaban yang kamu tulis ini adalah jawaban dari soal yang belum saya ganti. Soal yang terbaru bukan ini jawabannya. Saya yakin kamu dapat kunci jawaban.”
“Bu, tolong dengarkan penjelasan saya dulu,” mohon Violyn. Nadanya terdengar memelas.
“Kamu dapat dari mana kunci jawabannya?” sentak Bu Ivony. Tingkat kemarahannya naik satu level. Bulu kuduk Violyn berdiri mendadak.
“Bu, saya… bisa jelaskan. Saya tidak bermaksud melakukan kecurangan, tapi keadaan memaksa saya. Sehingga saya menghafalkan kunci jawaban itu.”
“Saya tanya sekali lagi, kamu dapat dari mana kunci jawaban ini? Jangan berbelit-belit, Violyn! Semakin kamu berbelit-belit, itu sama saja menyusahkan diri kamu sendiri.”
Hawa mengerikan ini membuat Violyn semakin tertekan. Satu bulir peluh menetes dari pelipisnya. Tangannya bergetar hebat, napasnya tercekat dan lututnya serasa lemas. Tubuh Violyn rasanya ingin roboh. Benar prinsip hukum Newton yang pernah disinggung Alfa dulu. Ada aksi, maka ada reaksi. Setiap perbuatan pasti ada resiko yang harus ditanggung. Violyn tidak bisa kabur begitu saja dari masalah krusial ini. Masa depannya menjadi pertaruhan. Dia tidak bisa mengelak lagi di depan Bu Ivony.
“Saya … saya mendapatkan kunci jawaban itu dari Mama saya. Tapi saya tidak tahu Mama dapat kunci jawabannya dari siapa, Bu.”
Bu Ivony menghela napas berat. Gurat-gurat kemarahan di wajahnya kini bercampur dengan kekecewaan. Bagaimana tidak kecewa kalau salah satu murid kesayangannya melakukan kecurangan seperti ini. Guru muda itu lantas mengusap wajahnya kasar. Sementara Violyn masih terdiam kaku di posisinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Extraordinary Mendelian
Teen FictionAda kandidat terkuat yang digadang-gadang akan mewakili SMA Cakra Buana dalam GSO (Global Science Olympiad) yaitu Violyn, Jesselyn, Reynaldo dan Adien. Namun, kehadiran murid baru bernama Alfa membuat keempat murid tersebut kelabakan. Pasalnya Alfa...