14. The Rival

313 51 2
                                    

Holaaa!

Aku update setelah sekian lama menghilang dari lapak ini. Hehe

Jangan lupa vote dan komen ya.


Part ini banyak menceritakan tentang di dia. Iya, Jesselyn.

 Iya, Jesselyn

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.





Kata Adien menjadi waras itu adalah hal yang paling penting di dunia ini. Dan sekarang Jesselyn menyetujui argumen itu. Sayangnya, setelah masuk ke SMA Cakra Buana hidupnya semakin nggak waras. Orang tuanya juga membuatnya jauh dari kata waras. Hari ini Jesselyn berusaha keras mewaraskan dirinya. Apalagi hari ini kedua orang tuanya ada di rumah. Setiap kali menerima hasil ujian dari sekolah, papa dan mamanya selalu pulang ke rumah. Mereka melupakan sejenak setumpuk pekerjaan demi hasil ujian Jesselyn, bukan karena Jesselynnya sendiri. Kadang dalam hati Jesselyn ingin berteriak kencang. Pada dasarnya, Jesselyn dan Violyn itu senasib. Sama-sama dituntut menjadi yang terbaik demi masuk fakultas kedokteran di universitas terbaik.

"Kok jam segini kamu udah pulang les?" tanya Grace sembari menyesap green tea hangat di ruang tengah. Sementara Ernest, papanya lebih tertarik dengan surat kabar yang dibacanya dengan bantuan kacamata berlensa plus.

"Udah, Ma. Kebetulan Jesse ikut sesi pertama," jawab Jesselyn.

"Jesse, Mama dan Papa udah naruh kamu di tempat bimbel terbaik. Kenapa kamu nggak bisa dapat peringkat 1 di ujian seleksi GSO tahap pertama?" tegas Grace kemudian.

Jesselyn tidak menjawab. Dia melewati mama dan papanya begitu saja di ruang tengah. Hingga suara lemparan vas bunga membuat langkahnya terhenti di depan tangga menuju lantai 2.

"JESSELYN!"

"Grace!" tegur Ernest. Pria paruh baya itu menaikkan kacamatanya yang melotot sampai ke hidung mancungnya.

"Anak kamu, Nest. Nyesel aku ngelahirin dia. Kenapa dia susah banget sih dibimbing biar kayak Vero," curhat Grace dengan nada dongkol persis seperti emak-emak konglomerat di drama Korea Sky Castle.

"Mama! Jesse bukan Vero! Berhenti jadiin Jesse kayak Vero. Kita dua individu berbeda, Ma!" sentak Jesselyn.

Satu lagi persamaan antara Jesselyn dan Violyn, yaitu sifat pembangkangnya ketika sudah benar-benar muak. Bedanya Jesselyn mainnya lebih bersih daripada Violyn dalam hal memperebutkan posisi terbaik di sekolah.

"Jesse, tenang dulu." Ernest mencoba mendinginkan udara panas yang mendadak tercipta di ruang tengah gara-gara istri dan anak bungsunya bersitegang.

"Jesse capek, Pa, Ma. Mau tidur aja."

"Mama nggak akan menganggap kamu anak kalau kamu nggak mau berubah kayak Vero," tukas Mama masih diliputi emosi.

"Jesse janji akan masuk kedokteran. Meski tanpa medali emas GSO."

Extraordinary MendelianTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang