31. Perdebatan

258 45 15
                                    

Holaaa!!!
Seneng nggak dapet notif cerita ini up?

Jangan lupa vote dan komen.

Wahai para silent readers, tolong vote dan komen ya.

Jangan lupa follow akun wattpadku juga.

Happy reading...

🍓🍓🍓







Lobi SMA Cakra Buana ramai oleh segerombolan murid yang masih penasaran dengan hasil seleksi GSO. Pengumuman itu sebelumnya memang sudah diunggah di website sekolah, tapi tetap mading pengumuman ini seperti gula dikerubungi semut. Bukan hanya murid-murid olimpiade yang mengerubungi mading pengumuman, murid yang bukan anak olimpiade pun ikut mendekat guna kepo siapa saja yang masuk kandidat untuk mewakili sekolah di kompetisi bergengsi sekelas GSO. Pengumuman seperti ini pun juga sering mengundang atensi para wali murid. Mereka ingin tahu anak-anak siapa kah yang berhasil menjadi yang terbaik. Biasanya mereka akan kepo tips-tips mendidik anak hingga berhasil menembus GSO dari orang tua anak yang bersangkutan saat pembagian rapor.

Di saat semua murid riuh di depan mading pengumuman, Jesselyn malah enggan mendekat. Dia hanya melintasinya tanpa melipir sebentar guna melihat namanya tercetak di kertas pengumuman. Alasannya sederhana, dia malas melihat namanya yang lagi-lagi tidak bisa menjadi 2 besar terbaik. Jesselyn yang jenuh, akhirnya memilih duduk di bangkunya. Padahal semua anak-anak di kelasnya pergi ke mading pengumuman. Di sini, hanya ada dirinya sendiri. Jesselyn membuka buku tugas kimianya. Gara-gara semalam dia memikirkan nasibnya yang lagi-lagi kena marah maminya, dia jadi kelupaan tugas kimianya. Ada lima soal yang belum dikerjakannya. Padahal hari ini harus dikumpulkan. Baru kali ini Jesselyn menjadi anak malas yang mengerjakan tugas di sekolah, biasanya dia tidak pernah melakukan hal memalukan seperti ini. Sebagai anak olimpiade, Jesselyn selalu menjaga citranya sebagai anak baik dan tertib.

"Tumben lo ngerjain tugas di sekolah, Jess?" pertanyaan ini datang dari Adien yang juga baru saja datang. Cowok itu meletakkan tasnya di bangku. Lantas berpindah duduk di bangku kosong di sebelah Jesselyn.

"Lupa gue."

Adien bertepuk tangan girang. "Akhirnya Miss Perfect punya celah juga buat dinistakan." Adien menjitak dahi Jesselyn pelan. "Jangan males-males pacarnya aku."

Manik mata Jesselyn langsung membulat sempurna. Tidak terima dicibir oleh Adien yang sok rajin ini. "Daripada ngebacot, mending lo bantuin gue ngerjain tugas."

"Oke, sini buku lo. Gue kerjain semua, deh." Adien menarik buku paket dan buku tugas Jesselyn.

"Langsung kasih contekan aja gimana?"

Adien menyetujui. "Nggak, deh. Lo jangan jangan salin kerjaan gue," balas Adien seraya mengambil alih buku Jesselyn. "Lo kan anti nyontek biasanya. Gue tetap akan menjaga nama baik lo sebagai orang yang anti nyontek dan susah dimintain contekan."

"Nanti kalau anak-anak lain tanya, lo yang nyontek gue, ya. Jangan bilang lo yang ngerjain tugas gue," pinta Jesselyn.

Adien menggeleng heran. "Gengsi lo sebagai murid teladan tinggi amat, sih."

"Udah lah nggak usah cerewet. Pokoknya lo harus bilang kayak gitu."

Adien dengan cepat mengerjakan lima soal itu sebelum bel masuk berbunyi. Demi bisa totalitas membantu Jesselyn, dia meminta tukar tempat duduk dengan teman sebangku Jesselyn. Adien menyelesaikan soal-soal itu tepat satu menit sebelum bel berbunyi. Buku tugas itu langsung disodorkan ke Jesselyn.

"Makasih, Dien."

"Nggak gratis. Nanti malem sepulang les, kita jalan yuk."

"Gue lagi nggak mood. Gue ada di peringkat 2, tapi peringkat 1-nya ada dua orang. Sama aja gue peringkat 3, kan?"

Extraordinary MendelianTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang