7. Hukum Newton 3

404 48 3
                                    

Jangan lupa vote dan comment. Jangan lupa follow akun wattpad aku ya.

Tolong bantu cek typo juga.

Happy reading 😊

***

Tidak ada seorang pun yang ingin kalah dalam sebuah kompetisi. Contoh nyatanya beruang dan serigala, diantara keduanya tidak ada yang ingin kalah dalam memperebutkan mangsa di habitat yang sama. Seperti halnya Violyn dan Alfa yang saling berebut mendapatkan tiket ikut lomba essay tingkat nasional tersebut. Persaingan yang dibumbui intrik itu berakhir di ruang BK. Bu Marina selaku kepala sekolah, Bu Ivony dan Bu Emy–guru BK senior memandang kedua murid kelas Mendel itu dengan tatapan menyelidik. Begitu juga dengan Nisrina dan Wisnu yang ikut duduk di ruang BK menunggu keputusan terkait skandal yang melibatkan putri sulung mereka.

"Jadi, sebenarnya siapa yang plagiasi diantara kalian?" tanya Bu Ivony tegas. Guru muda itu sudah tidak sabar mendengar jawaban jujur dari keduanya. "Tolong jujur ke kami."

"Essay itu milik saya," jawab Violyn tak gentar.

"Nggak, Bu. Saya yang menulis essay itu. Violyn yang mencuri file saya."

Bu Marina membelalakkan mata. "Mencuri?"

"Iya, Kemarin laptop saya bermasalah. Saya pinjam laptopnya Violyn. Mungkin Violyn mendapatkan file saya dari situ."

Violyn menggeleng. "Dia memang pinjam laptop saya, Bu. Tapi file-nya tidak disimpan di laptop saya."

Alfa mengeratkan kepalan tangannya. "Demi Allah, saya tidak mencuri, Bu. Saya yang beneran menyusun essay tersebut. Violyn yang mencurinya dari saya."

Semuanya bingung. Tentu saja, karena tidak ada yang berani mengaku siapa yang plagiasi. Alfa sendiri semakin terpojokkan saat kedua orang tua Violyn menatapnya sinis. Apalagi ibunya Violyn. Sorot mata mereka mengatakan bahwa anaknya tidak melakukan perbuatan itu.

"Alfa, kamu tahu hukuman untuk siswa yang berbuat curang?" tegur Bu Marina. Tatapannya semakin membuat Alfa merasa terintimidasi. Seandainya Bunda ada di sini, pasti Alfa mendapat kekuatan lebih melawan orang-orang yang katanya sangat berpengaruh di SMA Cakra Buana.

"Tahu, Bu. Namun, bukan saya yang melakukannya, Bu. Saya jujur."

"Kamu bisa diskors kalau berbuat curang. Bahkan bisa dikeluarkan."

Benar kata Adien, berurusan dengan Violyn itu sangat ribet. Bodohnya lagi kenapa kemarin dia harus mau ditawari meminjam laptopnya Violyn? Harusnya Alfa waspada dengan manusia rubah putih semacam Violyn. Hrausnya dengan IQ 141 Alfa bisa membedakan mana yang tulus dan mana yang licik.

"Saya sudah menghubungi orang tua kamu untuk ke sini."

"Tapi, Bu .... bunda saya sedang ada rapat dinas hari ini," jelas Alfa. Tadi pagi Bunda memang bilang tidak bisa menghadiri presentasinya anak semata wayangnya karena kepentingan rapat dinas.

"Ibu kamu sudah perjalanan ke sini. Kita tunggu saja."

Lima belas menit kemudian Bunda datang. Wanita berseragam khaki khas PNS dengan nametag Saras Puspita itu duduk di sebelah Alfa. Sontak saja Bunda membeku seperti disiram air es dari kutub ketika melihat orang tua Violyn. Kedua orang tua Violyn juga tampak demikian.

"Maaf jika ibu-ibu lama menunggu saya."

"Tidak apa-apa, Bu."

Bu Marina lantas mempersilakan Bunda Saras untuk duduk. Kepala sekolah yang sangat berwibawa itu menjelaskan duduk perkara yang melibatkan Alfa dan Violyn.

"Terkait Alfa, sepertinya anak ibu yang melakukan tindakan plagiasi," kata Bu Marina menyimpulkan.

"Kenapa tidak mencari bukti yang lebih akurat dulu? Kenapa langsung menyalahkan anak saya?" tegas Bunda Saras. Ternyata wanita yang bekerja sebagai PNS itu masih membela Alfa tanpa terpengaruh Bu Marina. "Pengakuan saja tidak cukup. Seharusnya untuk instansi pendidikan sebesar ini lebih obyektif dalam menyelesaikan suatu masalah."

Extraordinary MendelianTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang