47. Pelaku yang Sebenarnya

232 35 8
                                    

Holaaa!!!

Aku update, nih!

Seneng nggak?

Maaf baru bisa update karena aku sakit sejak pertengahan Oktober lalu. Sempat sembuh, terus kambuh lagi. Sempat bed rest juga. Jadi aku memutuskan buat cuti nulis dulu sampai keadaan membaik.
Ini pun sebenernya belum sehat 100%. Masih masa pemulihan gitu. Tapi, aku tetep update karena wattpad dan pembaca.

Jangan lupa vote dan komen!

Follow juga akun wattpadku!

Happy reading....

🌻🌻🌻








Alfa meletakkan buket bunga di atas pusara sang ayah. Seperti biasanya jika dia merindukan ayah dan adiknya, dia akan datang membawakan buket bunga dan merapalkan doa untuk keduanya. Sekali pun bundanya tidak ikut, Alfa akan berangkat sendiri menyapa nisan kedua orang yang sangat dicintainya itu. Tak peduli hari mendung seperti sekarang ini. Alfa tetap nekat pergi mengunjungi makam ayah dan adiknya.

Alfa selalu mengelus pelan nisan sang ayah dan adiknya usai berdoa. Seulas senyum menjadi penutup pertemuannya hari ini. Meski berbeda dunia, Alfa tahu mereka bisa merasakan kerinduan yang sama. Mereka pasti senang mendapat kiriman doa dari Alfa. Langkah kaki Alfa pun bergerak meninggalkan makam ayah dan adiknya di kala hujan mulai turun. Akhir-akhir ini intensitas hujan memang tinggi. Untung dia membawa payung. Hanya tinggal beberapa langkah Alfa akan keluar dari area pemakaman umum. Namun, seorang wanita yang berjongkok di depan sebuah makam sambil mencium nisan bertanda salib langsung menarik atensi cowok 17 tahun itu. Alfa berinisiatif melindungi ibu tersebut dari hantaman hujan deras dengan payungnya. Ibu itu pun mendongak.

"Terima kasih, Nak," ucap ibu tersebut ramah. Senyumnya mengingatkan Alfa pada bundanya. Sepertinya ibu ini usianya tidak jauh beda dengan bundanya.

"Sama-sama, Bu. Ini makam anak Ibu?" tanya Alfa. Atensinya lagi-lagi tertarik dengan deretan aksara bertuliskan sebuah nama di nisan anak wanita itu. Alfa tidak asing dengan nama itu.

"Iya kamu benar sekali. Dia meninggal setahun yang lalu." Ibu itu lalu meneteskan air mata. Tangan dan bahunya bergetar. "Dia anak ibu satu-satunya. Tapi, gara-gara ibu, dia meninggal. Gara-gara ibu impiannya hancur. Ibu bukan orang tua yang baik untuk dia, Nak."

Ibu tersebut malah mengungkapkan kesedihan hatinya pada Alfa. Suara hujan deras tak menghalangi keluh kesah ibu itu masuk ke gendang telinga Alfa.

"Boleh saya mendoakan anak Ibu juga? Meski saya beda keyakinan dengan anak Ibu. Tapi, tidak ada salahnya mendoakan bukan?"

"Tentu boleh. Kamu baik sekali pada anak saya. Kalau boleh tahu, apa kamu kenal anak saya? Sepertinya kamu seumuran anak saya."

Alfa tersenyum ramah. "Saya anak SMA Cakra Buana juga. Sama seperti anak Ibu."

***

Jisookw500
Dasar tukang bully gak punya otak

Siscalovena
Tukang bully harusnya mati aja!!!

Kopi.enak
Oh ini yang ngebunuh Keisha? Emang nggak punya hati ini cewek.

Ayangnyajeno
Pembunuh sekali pun masuk penjara, nggak akan bisa bikin Keisha hidup lagi.

Meongmeong
Iri sama Keisha sampe tega bikin dia mati. Emang iblis si Violyn ini.

Ulerkeket
Oh ini dajalnya Cakra Buana.

Extraordinary MendelianTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang