35. Tantangan

239 32 6
                                    

Selamat malam!!!

Siapa yang nungguin aku update?

Masih ngikutin cerita ini?

Jangan lupa vote dan komen ya!

Happy reading...




Alfa kalau lagi sekolah keliatan serius banget. Padahal dia yang paling santuy. Hahaha

 Hahaha

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.




Dentingan alat makan memecah keheningan suasana ruang makan keluarga Wirayaka. Malam ini Reynald makan malam dengan Johan Wirayaka, ayahnya. Sungguh suatu momen yang sangat langka. Mengingat sang ayah jarang pulang ke rumah lebih awal karena urusan pekerjaan. Johan Wirayaka yang sekarang menjadi petinggi DPR RI sedang sibuk mengkampanyekan dirinya untuk pencalonan presiden setahun lagi. Jadilah Reynald sering tidak diabaikan oleh ayahnya sendiri.

Orang bilang menjadi anaknya DPR itu enak. Uang jajan nominalnya besar, tinggal di rumah mewah, disekolahkan di SMA terbaik dan segala sesuatu yang diinginkan bisa didapatkan. Namun, Reynald tidak pernah merasa bahagia dengan segala fasilitas yang dia dapatkan. Faktanya, dia selalu kesepian setelah sang bunda pergi dari rumah ini. Sampai sekarang pun Reynald tidak pernah tahu alasan bundanya pergi. Reynald belum tahu secara pasti siapa yang punya ego tinggi di keluarga ini sampai keharmonisan keluarganya hancur.

"Sekolah gimana?" tanya Johan.

"Nggak gimana-gimana. Ya gitu-gitu aja," jawab Reynald sambil memotong daging.

"Beneran? Kamu nggak bohongin Ayah?"

Reynald menghentikan gerakan tangannya memotong daging. Tatapan matanya bersirobok dengan Johan.

"Bu Marina udah bilang sesuatu ke Ayah?"

Johan mengangguk. "Kenapa kamu memberontak? Bukannya kamu sudah mendapat pendidikan terbaik di sana?"

"Pendidikan terbaik Ayah bilang? Itu nggak akan terjadi kalau guru pembimbing olimpiade diganti, Yah. Rey dan teman-teman memberontak karena kami tidak setuju dengan pergantian guru kelas olimpiade."

"Bukannya Pak Harsa jauh lebih senior dari Bu Ivony? Beliau lebih banyak pengalaman daripada Bu Ivony,” bantah Johan. Pria paruh baya itu sepertinya sangat setuju dengan kebijakan gila Bu Marina yang sangat gigih mengganti posisi Bu Ivony dengan Pak Harsa.

"Lebih senior dan lebih banyak pengalaman belum tentu lebih kompeten, Yah. Nggak semua guru senior bisa ngajar dan memahami anak-anak olimpiade, Yah."

"Emang sehebat apa Bu Ivony sampai kalian nekat melawan Bu Marina?"

"Bu Ivony meski orangnya disiplin masalah belajar, tapi nggak pernah mengekang kami. Beliau nggak pernah menjatuhkan mental kami seperti Pak Harsa. Menjatuhkan mental anak didik itu sama aja membunuh karakter, Yah. Apalagi yang dijatuhkan mentalnya anak-anak olimpiade. Alih-alih ngasih semangat, Pak Harsa malah ngatain kami bodoh," lapor Reynald. Dengan curhatannya yang panjang ini, dia berharap Johan akan mendukungnya menjadi pemberontak. Bukan hanya menjadi robotnya Bu Marina yang setiap kata dari perempuan itu, selalu dipercaya oleh Johan.

Extraordinary MendelianTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang