33. Isi Hati Keano

286 33 8
                                    

WARNING:

1. BERIKAN VOTE

2. BERIKAN KOMEN

3. FOLLOW AKUN WATTPAD AUTHOR

KALAU TIDAK MELAKUKAN ITU SEMUA, AUTHOR TIDAK JANJI BISA UPDATE CEPET. HAHAHA

Happy reading...


🌺🌺🌺











"Yesss!!!" teriak Adien girang setelah berhasil memasukkan bola ke dalam ring. Sementara Alfa hanya bisa pasrah bola tersebut direbut Adien.

"Anjay! Kalah gue," decak kesal Alfa karena kalah melawan Adien.

"Otak lo emang jenius. Tapi, kalau urusan basket, gue lebih jago dan lebih keren daripada lo," ledek Adien memuji dirinya sendiri. Reynald yang duduk di kursi panjang sisi lapangan sambil bersedekap hanya geleng-geleng kepala melihat Adien menyombongkan kemampuan bermain basketnya.

"Udah ah. Gue nggak mood main lagi," putus Alfa mulai berjalan meninggalkan lapangan basket.

Langkah remaja itu mendekati Reynald yang masih menonton. Alfa mendaratkan pantatnya di kursi panjang itu juga. Dia menyeka peluh yang membasahi kening dengan punggung tangannya. Waktu memang sudah sore, tapi terik matahari masih tersisa. Tak lama kemudian Adien pun menyusul keduanya.

"Nggak ada yang mau masuk bimbingan?" tanya Reynald karena seharusnya mereka sudah bersiap menuju kelas Mendel untuk mengikuti bimbingan persiapan GSO.

"Mager. Gurunya nggak enak ngajarnya. Marah-marah mulu. Nggak kayak Bu Ivony," jawab Reynald setelah berhasil menyandarkan punggungnya di sandaran kursi. "Gue heran kenapa guru seenak dan secerdas Bu Ivony didepak dari sekolah ini. Udah gitu penggantinya si tua bangka yang nggak enak banget ngajarnya. Padahal buat olimpiade sekelas GSO kita butuh guru yang enak ngajarnya, yang lebih kompeten dan nggak bikin emosian."

"Gue juga yakin sama asumsi lo kalau Bu Ivony didepak, bukan mengundurkan diri dari sekolah ini karena mau pindah ke sekolah lain."

Kemarin saat anak-anak kelas Mendel menuntut jawaban dari Bu Marina terkait keluarnya Bu Ivony, Bu Marina hanya menjelaskan bahwa Bu Ivony mengundurkan diri. Namun, anak-anak kelas Mendel tidak semudah itu percaya pada penjelasan Bu Marina.

"Kalau guru sekolah negeri mutasi secara dadakan sih wajar, tapi ini sekolah swasta. Nggak semudah itu guru pindah dalam waktu singkat. Mereka dibayar mahal untuk ngajar di sini. Nggak bisa sembarangan pindah atau keluar. Apalagi SMA Cakra Buana nggak sembarangan dalam hal milih guru buat membimbing olimpiade," komentar Reynald.

"Tuh kan aneh. Ini sama anehnya kayak kematian Keisha yang dadakan setahun lalu."

"Lo udah punya Jesselyn, Dien. Masih aja terngiang-ngiang Keisha, Dien."

"Gue masih penasaran sampai sekarang. Kenapa orang sebaik Keisha harus mati secepat itu. Karena setahu gue waktu SMP Keisha baik-baik aja. Dia nggak punya masalah krusial meski anak broken home. Gue tahu ibunya sayang banget sama dia. Nggak kurang-kurang kalau masalah kasih sayang orang tua."

"Lo kayaknya waktu SMP deket banget ya sama Keisha?" tanya Alfa.

"Hmm, cuma sekadar tahu karena kita satu kelas dulu," jelas Adien.

"Lo satu kelas sama Jesselyn sekaligus Keisha? Nggak cembokur tuh Jesselyn?" tanya Reynald seraya mengernyitkan dahi.

"Enggak lah. Gue kan cuma temenan sama Keisha. Nggak ada yang lebih. Lagian Jesselyn galak gitu. Bisa disembur gue kalau deket sama Keisha," balas Adien santai seraya tertawa renyah.

Extraordinary MendelianTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang